Melihat Perajin Anyaman Bambu Lamongan Bertahan di Tengah Modernisasi

Melihat Perajin Anyaman Bambu Lamongan Bertahan di Tengah Modernisasi

Eko Sudjarwo - detikJatim
Selasa, 31 Jan 2023 11:51 WIB
perajin bambu di lamongan
Mina sedang menganyam kukusan (Foto: Eko Sudjarwo)
Lamongan -

Kehadiran peralatan modern tidak serta merta menghilangkan peralatan tradisional. Meski tidak sebanyak dulu, perajin anyaman bambu di Lamongan tetap bertahan di tengah gempuran peralatan modern. Kehadirannya masih menjadi primadona bagi sebagian masyarakat.

Tidak banyak warga yang masih bertahan dengan berprofesi sebagai perajin anyaman bambu. Salah satu yang masih bertahan adalah warga yang tinggal di Dusun Kedunglaban, Desa Sukosongo, Kembangbahu. Mereka yang secara turun-temurun mendapat keahlian menganyam bambu itu tetap bertahan meski sudah tidak banyak lagi yang berprofesi sebagai pengrajin anyaman.

"Dulu banyak mas perajin anyaman bambu di sini, tapi sekarang sudah sedikit yang masih bertahan menjadi perajin anyaman bambu," kata Mina, salah seorang perajin anyaman bambu kepada detikJatim, Selasa (31/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mina mengatakan ia sehari-harinya membuat atau menganyam bambu untuk menjadi kukusan dan mewarisi keahlian menganyam itu secara turun-temurun. Mina bahkan mengaku jika ia sudah mengenal anyaman bambu untuk membuat kukusan itu sejak tahun 1980-an. Dulu, Mina juga sempat membuat kerajinan lain selain kukusan, tapi karena kurangnya bahan kini ia hanya bisa membuat kukusan saja.

perajin bambu di lamonganMina dan kukusan hasil anyamannya (Foto: Eko Sudjarwo)

"Kalau dulu selain kukusan juga bikin yang lain, tapi sekarang hanya buat kukusan saja. Sekarang banyak yang alih profesi karena tuntutan ekonomi dan bahan baku juga sekarang lebih susah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Mina yang hingga kini masih telaten menganyam bambu itu mengaku untuk satu kukusan ia jual dengan harga Rp 10 ribu per biji. Selain ada pengepul yang datang mengambil kukusannya, ia terkadang juga masih menerima pesanan dari luar Lamongan.

"Alhamdulillah, kukusan masih diminati," imbuhnya.

Hal yang sama juga diakui oleh Warga Desa Sukosongo lainnya yang juga berprofesi sebagai perajin anyaman bambu, yaitu Sukijan. Selain dijual melalui pengepul, Sukijan yang menganyam bambu untuk membuat gedek sesek itu, bahkan kadang masih menjajakan sendiri hasil kerajinan tangannya dengan cara berkeliling dari desa ke desa.
"Dulu sempat ikut menjajakan sesek ini keliling jalan kaki dari desa ke desa dengan cara dipikul, tapi sekarang ya tidak berani jauh-jauh karena usia sudah sepuh," tutur Sukijan.

Sama seperti Mina, Sukijan juga mendapatkan keahlian menganyam secara turun-temurun. Setiap hari, Sukijan menganyam bambu untuk dijadikan sesek dengan ditemani oleh istrinya. Sesek produksinya itu ia jual Rp 40 ribu perlembar yang kadang dimanfaatkan sebagai pengganti dinding atau juga alas untuk menjemur padi.

"Kalau dulu sehari bisa buat sesek lebih dari 1, kalau sekarang ya semampunya saja karena usia juga sudah tidak muda lagi," akunya.

perajin bambu di lamonganSukijan membawa sesek buatannya (Foto: Eko Sudjarwo)

Mina dan Sukijan tetap bertahan di tengah gempuran peralatan modern yang serba instan. Mereka juga tetap berharap bisa melestarikan kerajinan anyaman bambu itu ke anak cucu mereka dan tidak ingin kerajinan anyaman bambu itu hilang karena sudah tidak ada lagi perajin.

"Kerajinan menganyam ini merupakan warisan budaya leluhur dan semoga ke depan anyaman bambu bukan lagi sekadar cerita karena masih tetap ada," harapnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan, Anang Taufik mengatakan, ada banyak sekali perajin anyaman bambu yang ada di Lamongan. Untuk itu, kata Anang, pihaknya terus berupaya mempromosikan hasil kerajinan anyaman bambu melalui beberapa event yang diselenggarakan oleh instansi pemerintahan maupun komunitas.

"Kita juga memberikan pelatihan agar anyaman bambu yang ada bisa memiliki nilai jual lebih," pungkasnya.




(abq/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads