Fenomena balap liar yang melibatkan anak usia sekolah masih marak terjadi di sejumlah titik Kota Surabaya. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur menilai situasi ini bisa terjadi karena sejumlah faktor.
Pengurus LPA Jatim, Isa Anshori mengatakan, balap liar bukan muncul begitu saja. Penyebabnya bisa jadi karena minimnya ruang ekspresi bagi anak hingga lemahnya pola pengasuhan di rumah maupun sekolah.
"Kenapa anak-anak kemudian mengekspresikan hobinya ya, kalau boleh dikatakan hobinya balapan, kemudian kepada praktek-praktek yang tidak mestinya sehingga disebut dengan balap liar," kata Isa, Rabu (10/12/2025).
Menurut Isa, bisa jadi banyak anak tidak memiliki akses terhadap sarana yang layak untuk menyalurkan hobi. Fasilitas yang ada pun sering kali jauh, berbayar mahal, atau sulit dijangkau. Kondisi ini membuat mereka memilih jalan sendiri.
Isa menambahkan, lemahnya pengawasan di keluarga turut memicu anak mencari ruang di luar rumah. Ia menyoroti masih tingginya angka kekerasan terhadap anak di Jatim.
"Data kekerasan berada mana itu kan ya cukup tinggi ya, sekitar 500-an kasus ya. Artinya apa? Bahwa kekerasan itu sering terjadi, apalagi didominasi oleh kekerasan domestik. Artinya di rumah dan di sekolah," ujarnya.
Di sisi lain, sekolah sebagai 'rumah kedua' menurutnya juga sering abai pada kebutuhan non-akademik siswa. Ketika rumah dan sekolah sama-sama lemah dalam pengasuhan, anak akan mencari tempat lain untuk mengekspresikan diri.
Isa menegaskan pentingnya kehadiran negara dalam bentuk pengawasan maupun penyediaan ruang alternatif. Kolaborasi antara kepolisian, Pemkot Surabaya, Satpol PP, dan lainnya harus diperkuat, terutama menjelang libur panjang.
"Hadirnya negara itu bisa kepolisian, bisa pemerintah daerah lewat alat-alatnya, untuk bisa melakukan pencegahan. Negara harus hadir dalam titik-titik tertentu untuk memastikan bahwa kegiatan itu bisa dicegah," jelasnya.
Namun pencegahan saja tidak cukup. Pemerintah dinilai perlu menyediakan ruang yang benar-benar ramah bagi anak, terjangkau, dan mudah diakses.
Ia menyarankan adanya banyak lokasi atau event yang bisa menampung minat anak pada dunia otomotif agar mereka tidak turun ke jalan.
Untuk penanganan anak yang terjaring razia balap liar, Isa menegaskan pendekatannya tidak boleh bersifat kriminalisasi.
"Menurut saya ini kan sebetulnya dalam tanda kutip ya, apa yang dilakukan itu bukan persoalan kriminal, tapi ini kan membahayakan orang lain," ungkapnya.
Ia mengusulkan pemerintah melalui dinas terkait dapat menyediakan event otomotif, penyediaan area untuk menyalurkan hobi, hingga program rutin akhir tahun sebagai wadah penyaluran energi anak.
Isa juga menegaskan pentingnya penguatan komunikasi antara orang tua dan anak serta sekolah dengan anak. Pengasuhan yang dekat dan pemahaman terhadap kebutuhan remaja akan mencegah mereka mencari pelarian di luar.
"Dengan cara begitu, energi anak-anak itu bisa disalurkan ke ruang-ruang yang lebih positif," pungkasnya.
Simak Video "Video: Puluhan Remaja Terlibat Balap Liar di Gresik Diangkut Pakai Truk"
(auh/hil)