3 Desember menjadi momentum penting peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional. Peringatan ini tidak hanya sekedar seremonial, tetapi juga menjadi ruang refleksi tentang bagaimana inklusivitas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari akses informasi, pendidikan, hingga kesempatan kerja.
Di balik peringatan itu, komunitas-komunitas penyandang disabilitas, tepatnya di wilayah Jawa Timur menjadi motor penggerak bagi perubahan. Komunitas itu dibentuk sebagai ruang aman untuk belajar, berkembang, dan memperjuangkan hak yang setara.
Komunitas Penyandang Disabilitas di Jawa Timur
Di Jawa Timur, terdapat beberapa komunitas inklusif bagi penyandang disabilitas. Komunitas ini berfungsi sebagai wadah bagi individu penyandang disabilitas, sekaligus untuk membangun dukungan sosial. Berikut komunitas penyandang disabilitas di Jawa Timur.
1. Komunitas Mata Hati
Komunitas Mata Hati (KMH) hadir sejak tahun 2000-an. Komunitas ini dibentuk sekelompok anak muda, terdiri dari penyandang disabilitas dan non-disabilitas, dengan nama awal Bright Eyes.
Namun, pada 2008-an, komunitas ini resmi berganti nama menjadi Komunitas Mata Hati agar lebih mencerminkan filosofi, "mata yang paling tajam bukanlah yang ada di wajah, tetapi yang ada di dalam hati".
Sejak berdiri, KMH fokus pada kegiatan sosial, seni (terutama musik), dan menjadi wadah peduli sesama dengan visi untuk membangun rasa empati di masyarakat. Hingga kini, komunitas ini masih terus memberdayakan disabilitas di Kota Pahlawan.
2. Omah Difabel
Omah Difabel berdiri sejak 2015 sebagai program ekonomi kreatif Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) sejak 2015. Tujuan pendiriannya untuk memberikan pelatihan, pembiayaan, dan pendampingan wirausaha bagi penyandang disabilitas.
Sebelumnya, komunitas ini bernama Pokja Difabel. Namun, pada masa pandemi tahun 2020, berganti menjadi Omah Difabel sebagai tempat perlindungan penyandang disabilitas dan masyarakat sekitar.
Komunitas Omah Difabel memiliki berbagai program meliputi pembuatan keset, batik tulis, batik ciprat, batik cap, dan handycraft dompet dari kain perca, kopi bubuk, serta produk lainnya.
3. Kelompok Inklusif Disabilitas
Kelompok Inklusif Disabilitas (KID) berdiri sejak 1 Desember 2022 bertepatan dengan momen Hari Disabilitas Internasional. Berdirinya komunitas ini sekaligus mempelopori pengembangan Posyandu Disabilitas di Kota Malang.
KID merupakan lembaga masyarakat desa yang bertujuan memberdayakan penyandang disabilitas secara inklusif. Komunitas ini beranggotakan penyandang disabilitas, perangkat desa/kelurahan, serta relawan dari masyarakat. Komunitas ini bekerja sama dengan Kelurahan Polehan dan Linksos.
4. Lingkar Sosial Indonesia
Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) berdiri sejak 2014, berlokasi di Malang. Tujuan didirikannya komunitas ini untuk melindungi hak penyandang disabilitas serta meningkatkan kesadaran inklusi. Komunitas ini menaungi komunitas lain seperti Omah Difabel, Posyandu Disabilitas, Difabel Pecinta Alam (Difpala), dan Sako Inklusi.
5. Difabel Pecinta Alam (Difpala)
Komunitas ini berdiri sejak tahun 2020 sewaktu pandemi. Difpala menjadi kelompok disabilitas pendaki gunung pertama di Indonesia. Pendirian kelompok ini diinisiasi Ken Kerta dan Widi Sugiarta yang diawali dengan kegiatan jalan sehat, yakni Longmarch Difabel pada Juli 2020.
Barulah kemudian terbentuk Timsus Pendaki Difabel pada Oktober 2020, yang kemudian bertransformasi menjadi Difpala di bulan Desember 2020. Berdirinya komunitas ini mengusung dua tujuan utama, yaitu pertama mencetak pribadi yang tangguh, terampil, berkarakter, serta berwawasan lingkungan.
Kedua, kelompok ini menjadi bagian pelestari alam. Harapan dengan adanya komunitas ini adalah terciptanya ekosistem sosial dan lingkungan inklusif serta terpenuh hak-hak bagi penyandang disabilitas.
Simak Video "Video: Kemendikdasmen Ungkap 6 Tantangan Pendidikan untuk Disabilitas di RI"
(auh/irb)