Sidoarjo - Selama 18 tahun guru di sekolah terpencil pesisir Sawohan tetap mengabdi. Di tengah akses sulit dan fasilitas minim, ia tetap setia mendidik anak-anak.
Foto Jatim
Potret Perjuangan Guru SD Sawohan Sidoarjo Tempuh Jalur Ekstrem Demi Mengajar
Salah satunya yakni Ahmad Fadholi (kanan depan). Mengajar di daerah terpencil menjadi tantangan tersendiri bagi guru SDN Sawohan 2.
Sejak mendapat surat tugas pada Maret 2008, Ahmad telah 18 tahun mengabdi di wilayah pesisir terpencil Kecamatan Buduran, Sidoarjo.
Di lokasi itu berdiri dua sekolah dalam satu area, yakni SDN Sawohan 2 dengan 28 siswa dan SMPN Satu Atap Buduran yang memiliki sekitar 19 siswa. Minimnya tenaga pengajar membuat Ahmad kerap merangkap tugas demi memastikan layanan pendidikan tetap berjalan.
Untuk menuju sekolah, Ahmad harus memilih jalur sungai dengan waktu tempuh sekitar satu jam, atau jalur darat 30 menit yang sering putus karena melewati area tambak. Saat hujan dan pasang, akses makin sulit bahkan tak bisa dilalui.
Akses internet pun terbatas. Sinyal hanya tersedia di titik tertentu sehingga menyulitkan pengurusan administrasi, kenaikan pangkat, hingga pembaruan data.
Meski penuh tantangan, Ahmad bersama guru yang lain tetap bersemangat mengabdi.
“Saya ingin anak-anak di sini tidak kalah dengan yang di darat. Belajarlah rajin dan kejar cita-cita setinggi mungkin,” pesan Ahmad.











































