Erupsi Gunung Semeru tak hanya merusak ratusan rumah warga, tetapi juga berdampak pada sektor pertanian. Muhammad Sholeh, petani asal Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, menjadi salah satu yang merasakan langsung dampaknya.
Tanaman cabai merah milik Sholeh mati tertutup abu vulkanik. Itu membuat ia menanggung kerugian puluhan juta rupiah.
Cabai merah milik Sholeh yang berusia 80 hari itu layu dan mengering setelah diterjang material erupsi. Lahan seluas setengah hektare yang ia tanami cabai rusak total. Sholeh menghitung kerugiannya mencapai Rp 50 juta.
"Komoditas rata-rata cabai merah, kondisinya mati. Kerugian cukup besar. Punya saya setengah hektare, usia 80 hari, kerugian satu hektare 100 juta, kalau saya 50 juta," ujar Sholeh kepada detikJatim, Rabu (26/11/2025).
Tak hanya itu, material vulkanik yang menimbun lahan membuat area pertanian tidak bisa langsung ditanami kembali. Para petani kini berharap adanya bantuan pemerintah agar bisa kembali memulai tanam.
"Harapannya agar modalnya kembali agar bisa bertani lagi," pungkasnya.
BPBD Kabupaten Lumajang mencatat total 105 hektare lahan pertanian warga terdampak erupsi Semeru pada 19 November lalu.
Simak Video "Video: Kondisi Terkini Aliran Sungai Curah Kobokan Usai Gunung Semeru Erupsi"
(auh/hil)