Belasan peserta meramaikan lomba balap getek atau rakit dalam Festival Sungai Lika Liku di Widoro, Trenggalek. Para peserta saling beradu kecepatan menaklukkan lintasan sepanjang 200 meter.
Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Trenggalek, Edi Santoso mengatakan, festival yang digelar di Dam Widoro, Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, Trenggalek tersebut merupakan rangkaian kegiatan untuk program pelestarian sungai.
"Ini merupakan program kerja sama antara Disparbud Trenggalek dengan JMW atau Jamaah Mbocah Widoro. Kegiatannya ada Metri Kali, lomba balap getek dan aneka pertunjukan," kata Edi, Sabtu (22/11/2025).
Menurutnya, salah satu yang menarik adalah lomba balap getek. Terdapat 16 regu yang bertanding untuk beradu kecepatan mendayung rakit. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang, mereka harus berlomba mencapai garis finish.
Keseruan pun tampak terasa saat lomba dimulai, peserta harus menyinkronkan antara kekuatan mendayung, keseimbangan hingga kekompakan di antaranya peserta. Sorak sorai mewarnai gelaran ini. Beberapa peserta tampak kesulitan untuk mencapai garis finish, karena perahu justru berjalan menyerong, bahkan ada yang berbalik arah.
"Ini merupakan apa lomba yang unik ya karena sebetulnya sejarah nenek moyang kita pun kan juga ee enggak jauh-jauh dari pantai, enggak jauh dari sungai, moda transportasi waktu itu juga itu. Ini sebagai pengingat, bentuk pengingat untuk kita mengenang dulu nenek moyang kita pakai transportasi itu," ujarnya.
Pihaknya berharap dengan festival kawasan Dam Widoro ke depan dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata air yang menarik dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Ini baru pertama digelar dan antusiasme masyarakat cukup luar biasa. Nanti akan kami evaluasi dan semoga ke depan bisa kontinyu. Kita lihat antusias masyarakat cukup bagus," imbuhnya.
Upaya pengembangan wisata berbasis sungai diharapkan akan mendorong masyarakat sekitar untuk mencintai sungai dan menjaga kelestarian alamnya. "Makanya sebelum lomba ini tadi ada tradisi Metri Kali atau sedekah, kemudian tebar benih ikan dan menanam pohon di sekitar sungai. Itu semua agar alam terjaga," katanya.
Sementara itu salah seorang peserta balap getek Miftakhul Huda, mengatakan untuk menaklukkan lintasan balap getek tidaklah mudah. Dibutuhkan kekuatan ekstra untuk mempercepat laju getek.
"Tantangannya itu kita harus melawan angin juga, jadi nggak semudah yang dibayangkan tinggal dayung kemudian sampai finish," kata Huda.
Menurutnya untuk mengikuti lomba ini ia dan rekannya berlatih selama dua minggu terakhir. Meskipun sederhana Huda mengaku bangga bisa berpartisipasi dalam lomba getek ini.
"Geteknya ini bikinan sendiri, pakai bambu yang dirakit, kemudian untuk pelampungnya pakai galon bekas air mineral. Anggarannya patungan dari warga," ujarnya.
Pihaknya berharap rangkaian festival sungai di Desa Widoro terus berkembang dan menjadi destinasi wisata yang menarik.
Simak Video "Video: Rumah Warga di Trenggalek Terancam Ambruk Imbas Tanah Gerak"
(dpe/abq)