KH Mahrus Aly, masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang berperan penting dalam Perang 10 November 1945 dan pembangunan pendidikan Islam di Indonesia, menerima penghargaan Anugerah Adiluhung detikJatim Awards 2025.
Penghargaan ini menegaskan kontribusinya sebagai komandan lapangan dalam perjuangan kemerdekaan, sekaligus arsitek sumber daya manusia dan tokoh sentral Nahdlatul Ulama di Jawa Timur.
Anak dari KH Mahrus Aly, KH Abdullah Kafabihi Mahrus menceritakan bahwa penghargaan ini bukan hanya milik keluarga, melainkan milik perjuangan panjang pesantren dan para santri yang terus menjaga nilai keulamaan dan kebangsaan.
"Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Ini bukan hanya untuk keluarga kami, tapi untuk ayah kami dan perjuangan negara kita yang kita cintai untuk merdeka dan mempertahankan kemerdekaan," ujar KH Abdullah Kafabihi Mahrus, Rabu(5/11/2025).
Ia juga menyinggung bagaimana KH Mahrus Aly sepanjang hidupnya tidak hanya berjihad di medan tempur, tetapi berjihad dalam pendidikan kader bangsa.
"Ayah kami mendidik para santri agar berakhlak mulia, berpendidikan, dan mampu berbakti kepada Allah, orang tua, dan masyarakat. Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih," lanjutnya.
Diketahui, KH Mahrus Aly (1907-1985), salah satu masyayikh dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan, terutama dalam Perang 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
KH Mahrus Aly telah berperan besar sebagai komandan lapangan dan motor jihad dalam mempertahankan kedaulatan RI sejak masa pra-kemerdekaan hingga pasca-revolusi.
Beliau tidak hanya aktif dalam laskar semi militer seperti Hizbullah, namun juga terlibat langsung dalam operasi militer penting termasuk memimpin penyerbuan dan pelucutan senjata pasukan Jepang di Markas Kompi Dai Nippon Kediri.
Kontribusi puncaknya terjadi saat Resolusi Jihad, di mana beliau menggerakkan dan memimpin 97 santri pilihan Lirboyo ke medan tempur Surabaya. Mobilisasi massal santri ini menjadi langkah krusial dalam Pertempuran 10 November 1945 dan diakui sebagai salah satu cikal bakal berdirinya Kodam V/Brawijaya.
Komitmen beliau pada keutuhan bangsa terus berlanjut pasca-kemerdekaan, menegaskan posisi beliau sebagai ulama pejuang yang militan dan pelindung kedaulatan NKRI.
Pasca-kemerdekaan, signifikansi peran KH Mahrus Aly bergeser menjadi arsitek pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan pengokoh pilar kebangsaan. Bersama KH Marzuqi Dahlan, beliau memimpin Pondok Pesantren Lirboyo menuju masa keemasan, sekaligus menjadi pionir pengembangan pendidikan Islam modern.
Langkah visionernya terwujud melalui pendirian Institut Agama Islam (IAI) Tribakti pada 1966 yang menjadi upaya progresif mengintegrasikan tradisi pesantren yang kuat dengan jenjang pendidikan tinggi formal dalam mencetak ulama dan intelektual yang berwawasan luas.
Di arena kebangsaan, beliau menjabat sebagai tokoh sentral Nahdlatul Ulama sebagai Rais Syuriah PWNU Jawa Timur selama hampir 3 dekade, dan menjadi rujukan utama penentuan arah kebijakan umat dan menjaga harmonisasi nasional. Peran beliau melampaui batas pesantren dan menjadi kontributor utama stabilitas sosial-politik serta kualitas SDM Muslim di Indonesia.
detikJatim kembali menghadirkan detikJatim Awards 2025, ajang penghargaan untuk tokoh masyarakat hingga pelaku bisnis dan instansi pemerintah yang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di Jawa Timur.
Tahun ini, pemberian penghargaan digelar di Grand Mercure Malang Mirama, Kota Malang, pada Rabu 5 November 2025. Anugerah detikJatim Awards 2025 diberikan kepada individu, komunitas, instansi pemerintahan, kampus, DPRD, BUMD, dan perusahaan swasta.
Seleksi penerima dilakukan melalui tahapan khusus oleh dewan redaksi detikcom dan detikJatim, dengan memperhatikan kriteria inovasi, kreativitas, inspiratif, dampak bagi masyarakat, dan keaktifan di bidang masing-masing.
Simak Video "Video: Kiai Mahrus Aly Lirboyo Penerima Anugerah Adiluhung detikJatim Awards 2025"
(irb/hil)