Kisah Kiai Mahrus Aly, Panglima Jihad dari Lirboyo Kediri

detikJatim Awards 2025

Kisah Kiai Mahrus Aly, Panglima Jihad dari Lirboyo Kediri

Tim detikJatim - detikJatim
Selasa, 04 Nov 2025 23:00 WIB
KH Mahrus Aly
KH Mahrus Aly. Foto: Istimewa
Kota Kediri -

Kiai Haji Mahrus Aly (1907-1985) adalah salah satu masyayikh yang berasal dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Beliau dikenal sebagai ulama pejuang yang sangat militan.

Sosoknya adalah perpaduan langka antara kealiman pesantren dan kepemimpinan militer yang berani sehingga menjadikannya tokoh sentral dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama di Jawa Timur.

Sejak masa pra-kemerdekaan, KH Mahrus Aly telah berperan besar sebagai komandan lapangan dan motor jihad dalam mempertahankan kedaulatan RI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beliau tidak hanya aktif dalam laskar semi militer seperti Hizbullah, namun juga terlibat langsung dalam operasi militer penting termasuk memimpin penyerbuan dan pelucutan senjata pasukan Jepang di Markas Kompi Dai Nippon Kediri.

Puncak kontribusi militannya terjadi pada momentum Resolusi Jihad. Mendengar seruan untuk mempertahankan kedaulatan, beliau menunjukkan ketegasan yang luar biasa.

ADVERTISEMENT

Kiai Mahrus Aly mengatakan bahwa kemerdekaan harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. Beliau juga menginstruksikan kepada Santri Lirboyo untuk berjihad demi kembali mengusir tentara sekutu di Surabaya.

Di bawah kepemimpinan beliau, sebanyak 97 santri pilihan Lirboyo dikirim ke medan tempur Surabaya. Mobilisasi massal santri itu membentuk Batalyon Gelatik yang telah berkontribusi besar dalam Pertempuran 10 November 1945. Batalyon itu menjadi cikal bakal berdirinya Kodam V/Brawijaya.

Komitmen beliau pada keutuhan bangsa terus berlanjut pasca-Agresi Militer Belanda kedua pada 1948, di mana beliau kembali menurunkansantrinya di medan pertempuran dan menegaskan posisinya sebagai ulama pejuang yang militan.

KH Mahrus AlyKH Mahrus Aly. Foto: Istimewa

Arsitek Pendidikan Tinggi dan Penjaga Pilar NU

Pasca-kemerdekaan, KH Mahrus Aly bergeser menjadi arsitek pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan pengokoh pilar kebangsaan. Bersama KH Marzuqi Dahlan beliau memimpin Ponpes Lirboyo menuju masa keemasan.

Langkah visioner beliau dalam pengembangan pendidikan Islam modern terwujud melalui pendirian Institut Agama Islam (IAI) Tribakti pada 1966. Ini menjadi langkah progresif mengintegrasikan tradisi pesantren yang kuat dengan jenjang pendidikan tinggi formal dalam mencetak ulama dan intelektual berwawasan luas.

Di arena kebangsaan, KH Mahrus Aly memegang peran sentral di Nahdlatul Ulama (NU). Beliau menjabat sebagai Rais Syuriah PWNU Jawa Timur selama hampir 3 dekade (sekitar 27 tahun) dan menjadi rujukan utama penentuan arah kebijakan umat serta menjaga harmonisasi nasional hingga diangkat menjadi anggota Mustasyar PBNU pada 1985.

Selain itu, beliau juga menunjukkan kesetiaan tak tergoyahkan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berlandaskan Pancasila.

"KH Mahrus Ali juga pasang badan ketika ada pihak-pihak yang menuduh organisasi yang diikutinya, Nahdlatul Ulama bakal membentuk negara Islam Indonesia (NII). Hal tersebut membuktikan kecintaan dan kesetiaannya KH Mahrus Ali terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia," dikutip dari detikcom.

Peran beliau melampaui batas pesantren dan menjadi kontributor utama stabilitas sosial-politik serta kualitas SDM Muslim di Indonesia. KH Mahrus Aly wafat pada 6 Ramadhan 1405 H/26 Mei 1985 dalam usia 78 tahun.

Jangan lewatkan, detikJatim akan kembali menghadirkan detikJatim Awards 2025, ajang penghargaan untuk tokoh masyarakat hingga pelaku bisnis dan instansi pemerintah yang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di Jawa Timur. Tahun ini, pemberian penghargaan akan digelar di Grand Mercure Malang Mirama, Kota Malang, pada Rabu, 5 November 2025.

Anugerah detikJatim Awards 2025 ini diberikan kepada individu, komunitas, instansi pemerintahan, kampus, DPRD, BUMD, dan perusahaan swasta. Seleksi penerima dilakukan melalui tahapan khusus oleh dewan redaksi detikcom dan detikJatim, dengan memperhatikan kriteria inovasi, kreativitas, inspiratif, dampak bagi masyarakat, dan keaktifan di bidang masing-masing.




(irb/dpe)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads