Keberadaan bandara menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pariwisata, dan konektivitas suatu wilayah. Bandara bukan sekadar tempat naik-turun penumpang, melainkan pintu gerbang aktivitas logistik, perdagangan, hingga investasi. Daerah yang memiliki bandara berstandar internasional umumnya lebih cepat berkembang karena mampu menarik wisatawan, pelaku bisnis, serta memperluas akses ke pasar global.
Jawa Timur kini memiliki sejumlah bandara yang tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga matang dari sisi fungsi. Ketiganya berperan penting sebagai gerbang ekonomi, pariwisata, dan layanan penerbangan internasional. Masing-masing bandara memiliki keunggulan tersendiri yang menjadikannya layak menyandang status internasional.
3 Bandara di Jawa Timur
Ketiga bandara di Jawa Timur menegaskan peran provinsi ini sebagai salah satu pusat mobilitas udara terbesar di Indonesia. Berikut nama tiga bandara di Jawa Timur:
Bandara Juanda Surabaya (Sidoarjo)
Bandara Internasional Juanda menjadi hub utama penerbangan di Jawa Timur. Keunggulannya terletak pada kapasitas besar, terminal yang luas, landasan pacu memadai, layanan kargo kuat, serta konektivitas ke berbagai rute domestik dan internasional. Bandara ini dikelola oleh operator besar dan menjadi tulang punggung lalu lintas udara di Jawa Timur. Infrastruktur terminal dan apron-nya juga dirancang untuk melayani pesawat berbadan lebar (wide-body) serta frekuensi penerbangan tinggi.
Juanda layak disebut bandara internasional karena memenuhi berbagai kriteria penting, seperti ketersediaan fasilitas imigrasi dan bea cukai, apron serta runway yang cukup panjang, kapasitas kargo besar, dan sambungan transportasi darat yang terintegrasi. Dengan semua keunggulan itu, Juanda tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antarpulau, tetapi juga menjadi gerbang penerbangan kawasan ASEAN dan rute jarak jauh (long-haul).
Bandara Banyuwangi (Blimbingsari)
Bandara Banyuwangi memiliki keunggulan strategis, baik dari sisi geografis maupun desain. Lokasinya menjadi pintu masuk kawasan timur Pulau Jawa dan berdekatan dengan sejumlah destinasi wisata unggulan seperti Kawah Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo. Posisi ini juga menjadikannya relatif dekat dengan Bali bagian barat.
Selain itu, bandara ini mengusung konsep ramah lingkungan dengan desain bangunan hijau yang mendapat sertifikasi Greenship Net Zero Healthy Ready (NZH) dari Green Building Council Indonesia. Pengakuan tersebut menjadi nilai tambah yang memperkuat daya tarik bandara di mata maskapai internasional yang semakin memperhatikan aspek keberlanjutan.
Bandara Banyuwangi layak menyandang status internasional karena memiliki lokasi yang strategis untuk menghubungkan wisatawan mancanegara dengan destinasi wisata di timur Jawa. Pertumbuhan rute serta kapasitas runway dan terminalnya juga memadai untuk melayani penerbangan internasional skala terbatas, seperti ke Malaysia atau Singapura. Konsep bandara hijau ini bahkan membuka peluang branding sebagai International Green Gateway, yang menjadi nilai plus saat menjalin kerja sama dengan maskapai asing.
Bandara Dhoho Kediri
Bandara Dhoho Kediri menonjol berkat landasan pacu sepanjang sekitar 3.300 meter serta desain apron dan terminal yang mampu melayani pesawat berbadan lebar. Pembangunan bandara ini melibatkan investasi swasta besar dan dirancang untuk melayani penerbangan haji, umrah, serta rute internasional lainnya.
Selain itu, pembangunan akses jalan tol menuju bandara juga memperkuat konektivitas darat, menjadikannya bandara alternatif di wilayah selatan Jawa Timur. Dukungan operator besar turut mempercepat kesiapan regulasi dan operasional bandara ini.
Bandara Dhoho dinilai layak berstatus internasional karena memenuhi faktor-faktor teknis dan operasional, seperti panjang runway, fasilitas terminal yang siap untuk layanan internasional, serta konektivitas transportasi darat yang memadai. Kombinasi ini menjadikannya kandidat kuat untuk mendukung penerbangan lintas negara sekaligus mengurai beban lalu lintas di Bandara Juanda.
Bandara Juanda telah lama menjadi pintu gerbang internasional Jawa Timur berkat infrastruktur matang dan tingginya permintaan rute. Sementara itu, Bandara Banyuwangi tampil dengan konsep hijau dan lokasi strategis yang potensial untuk penerbangan wisata regional. Di sisi lain, Bandara Dhoho hadir sebagai kekuatan baru berkat runway panjang, dukungan swasta, dan konektivitas tol yang kuat.
Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
Simak Video "Video: Tergelincir Saat Mendarat di Hong Kong, Pesawat Kargo Nyebur ke Laut"
(ihc/abq)