Pameran Kaligrafi di Jombang Suguhkan Gaya Tulisan Arab Klasik

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Rabu, 22 Okt 2025 20:40 WIB
Pameran kaligrafi di Jombang untuk memperingati Hari Santri Nasional 2025 (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

PCNU Jombang bersama Pondok Pesantren Kaligrafi SAKAL menggelar pameran kaligrafi untuk memperingati Hari Santri Nasional 2025. Menariknya, karya kaligrafi ini menggunakan khat atau gaya tulisan arab klasik.

Pemeran kaligrafi bertajuk 'The Secret Art: Jejak Wahyu & Identitas' digelar di Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari (Minha), Desa Cukir, Diwek, Jombang. Ada 50 karya kaligrafi yang dipamerkan mulai 22-26 Oktober 2025.

Kaligrafi yang dipamerkan merupakan karya santri Pondok Pesantren Kaligrafi SAKAL yang berada di Desa Denanyar, Jombang. Selain menyuguhkan keindahan pola gambar, seni kaligrafi para santri ini menggunakan gaya tulisan arab klasik yang membuat karya kian menarik dinikmati.

Gaya tulisan atau khat tertua dari pameran kaligrafi kali ini adalah Khat Kufi yang berkembang di Kota Kufa, Irak pada abad ke-7 Masehi atau sekitar masa Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Karakteristik Khat Kufi ini terdapat pada bentuknya yang geometris dan kaku, bersudut panjang dan horizontal, huruf-hurufnya tidak bertitik dalam bentuk awalnya, serta proporsi huruf lebih lebar dan simetris.

Gaya tulisan ini dulunya digunakan dalam penyalinan mushaf, prasasti, dan dekorasi bangunan Islam awal. Kali ini, Khat Khufi tersebut digunakan Ahmad Yasir Amrullah, santri asal untuk membuat kaligrafi dari Surah Al-Qadr.

Selanjutnya, ada juga Khat Maghribi dari abad 10 Masehi yang digunakan pada pameran kaligrafi tersebut. Khat Maghribi inu, dulunya digunakan untuk penyalinan mushaf Al-Qur'an di wilayah Maghrib dan Andalusia, digunakan juga dalam dokumen resmi kerajaan Maroko dan Andalusia. Kini, Maghribi masih digunakan dalam naskat tradisional keagamaan di Maroko dan Mauritania.

Karakteristik Maghribi terdapat pada huruf-hurufnya yang melengkung dan lentur. Huruf-hurufnya berbentuk bundar, terutama pada fa, qaf, dan ra. Tanda titik dan harakat menggunakan warna merah dan hijau dalam mushaf klasik. Goresan Maghribi yang 'mengalir' memberikan kesan dinamis.

Kemudian, ada pula santri yang menggunakan Khat Diwani dari abad 17 Masehi. Gaya tulisan ini digunakan untuk menulis dokumen resmi, dekrit kerajaan, dan surat menyurat sultan. Gaya ini mulai muncul pada era Seljuk dengan pengaruh Khat Ta'iq Persia.

Ciri khasnya adalah huruf rapat, saling terkait, dan mengalir, menyatukar keindahan artistik dengan fungsi administratif. Khat Diwani ini digunakan Masrur Musyafa' Wahyudin, santri asal Mojokerto untuk membuat kaligrafi dari Al-Qur'an Surah Ar-Rahman: 46-53. Kaligrafi ini diberi judul 'Nikmat Tuhan Mana yang Engku Dustakan'.

"Kebanyakan yang digunakan untuk kaligrafi ini Al-Quran, Hadits, ataupun maqolah (nasihat bijak, red)," ujar Direktur Pesantren Kaligrafi SAKAL Atho'illah kepada wartawan, Rabu (22/10/2025).

Athoillah mengatakan, pameran kaligrafi ini tidak sebatas mengenalkan keindahan seni rupa saja. Melainkan juga mengenalkan sejarah dari gaya tulisan arab klasik.

Pameran kaligrafi ini digelar untuk memperingati Hari Santri Nasional 2025. Hari pertama dibuka siang tadi, sudah ada 300 pengunjung yang datang ke pameran tersebut. Mulai dari kalangan kiai, santri, hingga mahasiswa.

"Pameran ini bertujuan untuk edukasi publik tentang kaligrafi. Karena selama ini kaligrafi hanya spesifik kepada orang tertentu. Kedua, lebih mengenalkan kepada masyarakat bahwa budaya Islam itu cukup luas tidak sebatas musik atau bersifat suara, tapi juga rupa," tandasnya.



Simak Video "Video: Peringati Hari Santri, Menag Singgung MBG hingga Sekolah Rakyat"

(auh/abq)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork