Suasana laut di perairan Ketapang, Sampang, memanas. Ratusan nelayan bersama ibu-ibu nelayan dari pesisir pantura berbondong-bondong mengepung kapal survei milik perusahaan migas asal Malaysia, Petronas.
Mereka menolak keras aktivitas survei di area Sumur Barokah yang dinilai mengganggu jalur tangkap ikan.
Aksi para nelayan berlangsung dramatis. Menggunakan perahu dan kapal kayu, mereka mendekati kapal Petronas sambil membentangkan spanduk penolakan. Beberapa di antaranya bahkan nekat mendekat untuk menghentikan kegiatan survei di tengah laut.
Tokoh nelayan Ketapang, Winarno menyebut, aksi ini merupakan bentuk kekecewaan mendalam terhadap ketidakjelasan kompensasi bagi nelayan yang terdampak aktivitas migas.
"Kami menolak keras survei dan eksplorasi Petronas. Kompensasi bagi nelayan tidak jelas, sementara aktivitas mereka sudah mengganggu jalur tangkap ikan," kata Winarno.
Para nelayan mendesak agar Petronas menghentikan seluruh kegiatan survei sebelum ada kesepakatan kompensasi yang jelas. Mereka mengancam akan kembali turun ke laut jika tuntutan diabaikan.
"Kalau kapal Petronas masih beroperasi, kami tidak akan diam. Seratus kapal siap mengusir mereka dari perairan Ketapang," ujarnya.
Tak hanya kaum pria, para ibu nelayan juga ikut turun ke pesisir. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan penolakan terhadap aktivitas migas di laut Sampang.
Beberapa spanduk terbaca, "Tolak Survei Migas Petronas, Laut Milik Nelayan!" dan "Laut untuk Anak Cucu Kami, Bukan untuk Asing!"
Aksi ini, kata para nelayan, akan terus berlanjut hingga pemerintah dan pihak perusahaan memberikan kepastian hukum serta kompensasi yang layak bagi masyarakat pesisir.
Simak Video "Pupuk Indonesia akan Bangun Pabrik Metanol, Antisipasi Impor Besar-besaran"
(irb/hil)