Remaja Juga Rentan Hipertensi, Waspadai Gaya Hidup Tak Sehat!

Remaja Juga Rentan Hipertensi, Waspadai Gaya Hidup Tak Sehat!

Aprilia Devi - detikJatim
Sabtu, 17 Mei 2025 10:08 WIB
Ilustrasi Hipertensi
Ilustrasi Hipertensi. Kenali Penyebab pada Remaja Foto: Shutterstock/
Surabaya -

Setiap tanggal 17 Mei, dunia memperingati Hari Hipertensi Sedunia, sebuah momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya tekanan darah tinggi. Selama ini hipertensi juga dianggap sebagai silent killer.

Hal itu karena hipertensi tidak hanya diam-diam berkembang dalam tubuh tanpa gejala, tetapi juga bisa menyebabkan komplikasi serius seperti stroke, gagal jantung, hingga kematian mendadak jika tidak ditangani dengan baik.

Namun, ada pula informasi yang perlu jadi perhatian bersama bahwa hipertensi bukan lagi masalah eksklusif orang dewasa atau lanjut usia. Remaja pun kini mulai rentan terhadap penyakit ini. Simak informasi selengkapnya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Hipertensi Pada Remaja

Hipertensi atau tekanan darah tinggi kini tak lagi identik dengan usia lanjut banyak remaja mengalami hipertensi akibat berbagai faktor gaya hidup dan kondisi kesehatan. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena tekanan darah tinggi pada usia muda dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke di masa depan.

Berikut beberapa penyebab yang perlu diwaspadai:

ADVERTISEMENT

1. Gaya Hidup Instan Jadi Ancaman Nyata

Remaja saat ini tumbuh di dalam lingkungan yang serba cepat serta praktis. Makanan cepat saji, minuman manis dalam kemasan, kebiasaan duduk terlalu lama menatap layar, hingga kurang tidur telah menjadi bagian dari keseharian. Meski terlihat sepele, kebiasaan ini menjadi bom waktu bagi kesehatan.

Mengutip dari laman resmi Universitas Airlangga (Unair), hipertensi pada remaja di Indonesia mulai menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat, prevalensi hipertensi pada kelompok usia 18 tahun ke atas mencapai 34,1%. Angka ini menjadi sinyal bahwa tekanan darah tinggi sudah menyusup ke usia produktif dan muda.

Sejumlah faktor penyebab terjadinya hal ini berdasarkan satu penelitian kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa gaya hidup menjadi penyebab yang paling mempengaruhi.

Contohnya terkait kebiasaan mengonsumsi makanan serba instan dan tidak diimbangi dengan gizi yang dibutuhkan. Padahal, konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan gula (GGL) tanpa diimbangi aktivitas fisik dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

2. Stres Diam-Diam Picu Tekanan Darah Tinggi

Tak cukup sampai di situ. Remaja sebagai kelompok usia transisi dari anak-anak menuju dewasa kerap menghadapi tekanan dari berbagai aspek, mulai dari tuntutan akademik, masalah keluarga, hingga tekanan sosial dari media digital.

Jika tidak dikelola dengan baik, stres kronis ini bisa berdampak langsung pada kesehatan fisik. Salah satunya adalah peningkatan tekanan darah akibat lonjakan hormon stres. Sebab stres kronis ternyata juga bisa memicu peningkatan tekanan darah hingga memengaruhi kesehatan dari jantung. Maka remaja juga harus mulai diajarkan cara mengenali dan mengelola stres sejak dini.

3. Konsumsi Gula-Lemak Masyarakat Masih Tinggi

Di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI terus berupaya menekan angka penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, jantung, diabetes, dan kanker, yang jumlahnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M Epid, beberapa waktu lalu menyatakan bahwa perilaku konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL) yang tidak terkendali menjadi penyebab utama meningkatnya PTM di Indonesia.

"Kalau kita lihat dari peta penyakit dari tahun 2019 sampai sekarang, penyakit tidak menular (PTM) baik hipertensi, diabetes, jantung, sampai kanker, trennya terus meningkat. (Salah satu penyebabnya) karena pola makan tadi," kata dr Nadia, dalam detikcom Leaders Forum 'Bijak Membaca Label Nutrisi', Jumat (28/2/2025).

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 pun menunjukkan bahwa 47% masyarakat mengonsumsi gula melebihi batas harian, 45% mengonsumsi garam secara berlebihan, dan 30% memiliki asupan lemak yang tinggi. Jika kebiasaan ini tidak segera diubah, maka kesehatan masyarakat, termasuk remaja juga akan terancam.

4. Upaya Pemerintah Siapkan Label Gizi pada Makanan Siap Saji

Sebagai bentuk pencegahan, pemerintah kini sedang menyiapkan regulasi baru terkait pelabelan gizi, tidak hanya untuk makanan olahan tetapi juga makanan siap saji. Nantinya, setiap produk akan dilengkapi dengan label kandungan gula, garam, lemak, dan jumlah kalorinya.

"Kesadaran akan pentingnya membaca label pada kemasan makanan menjadi salah satu cara mengontrol konsumsi GGL. Label pada makanan seharusnya bisa membantu masyarakat memahami kandungan nutrisi dalam produk yang mereka konsumsi," jelas dr Nadia.

5. Saatnya Bergerak: Generasi Muda Harus Mulai Peduli

Peringatan Hari Hipertensi Sedunia ini pun seharusnya menjadi pengingat kuat bagi para remaja hingga orang dewasa bahwa tekanan darah tinggi bukan hanya urusan lansia. Gaya hidup yang tidak sehat bisa membawa dampak jangka panjang terhadap tubuh muda yang terlihat bugar.

Menjaga pola makan, rutin berolahraga, menghindari makanan tinggi gula-garam-lemak, tidur cukup, dan belajar mengelola stres menjadi langkah penting agar tekanan darah tetap stabil.

Semakin dini kita menjaga kesehatan, semakin besar pula peluang untuk hidup panjang dan lebih produktif. Semoga bermanfaat




(ihc/abq)


Hide Ads