7 Pantangan yang Wajib Dihindari Saat Perayaan Cap Go Meh

7 Pantangan yang Wajib Dihindari Saat Perayaan Cap Go Meh

Irma Budiarti - detikJatim
Senin, 10 Feb 2025 15:55 WIB
Ilustrasi Tahun Baru Cina atau Imlek.
ILUSTRASI. Ini sejumlah pantangan yang harus dihindari saat perayaan Cap Go Meh. Foto: Istimewa/ Unsplash.com
Surabaya -

Cap Go Meh adalah perayaan yang menandai hari ke-15, sekaligus penutup rangkaian tahun baru Imlek. Perayaan ini memiliki berbagai tradisi dan kepercayaan yang dijaga turun-temurun, termasuk beberapa pantangan yang diyakini dapat membawa kesialan jika dilanggar.

Selain dikenal dengan tradisi makan ronde (tangyuan) dan berbagai festival meriah, momen ini juga sarat kepercayaan dan pantangan yang harus diperhatikan agar keberuntungan di tahun yang baru tetap terjaga. Beberapa pantangan ini berkaitan dengan makanan, perilaku, hingga kebiasaan yang diyakini dapat membawa nasib kurang baik jika dilanggar.

Misalnya, ada beberapa makanan yang dianggap tabu untuk dikonsumsi saat Cap Go Meh, karena dipercaya bisa menghalangi datangnya rezeki. Selain itu, kebiasaan seperti bertengkar, menangis, atau membuang barang tertentu juga sebaiknya dihindari agar tidak membawa energi negatif di sepanjang tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantangan Cap Go Meh

Cap Go Meh bukan sekadar penutup Imlek, tetapi momen penuh makna yang dipercaya menentukan keberuntungan di tahun baru. Ada berbagai pantangan yang sebaiknya dihindari agar hoki tidak lari, mulai dari larangan makan tertentu hingga kebiasaan yang dianggap bisa membawa kesialan. Apa saja yang perlu dihindari saat Cap Go Meh?

1. Menggunakan Pakaian Hitam atau Putih

Dalam budaya Tionghoa, warna hitam dan putih sering dikaitkan dengan duka cita dan pemakaman. Oleh karena itu, mengenakan pakaian dengan warna ini saat Cap Go Meh dianggap tidak membawa keberuntungan dan sebaiknya dihindari.

ADVERTISEMENT

2. Makan Bubur

Dalam budaya Tionghoa, bubur sering kali dikaitkan dengan kemiskinan dan kekurangan. Makanan yang berbahan dasar beras ini dianggap sebagai simbol keterbatasan, karena teksturnya yang encer menunjukkan bahwa bahan makanan harus diperbanyak dengan air agar cukup untuk dimakan banyak orang.

Kepercayaan ini semakin mengakar dalam perayaan Cap Go Meh, di mana mengonsumsi bubur dipercaya dapat membawa kesialan atau kemunduran finansial sepanjang tahun yang baru. Sebagai gantinya, masyarakat lebih memilih menyajikan hidangan yang melambangkan kemakmuran.

3. Membersihkan Rumah di Malam Hari

Kebersihan rumah memiliki makna simbolis yang kuat, terutama selama perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh. Menyapu atau membersihkan rumah di malam hari saat Cap Go Meh diyakini dapat 'membuang' keberuntungan yang telah dikumpulkan sejak awal tahun.

Kepercayaan ini berasal dari filosofi bahwa rezeki dan keberuntungan yang telah masuk ke dalam rumah seharusnya dijaga, bukan justru disingkirkan. Oleh karena itu, banyak keluarga memilih membersihkan rumah sebelum perayaan dimulai dan menghindari aktivitas menyapu atau membuang sampah pada malam Cap Go Meh.

4. Bertengkar atau Mengucapkan Kata-Kata Kasar

Cap Go Meh bukan sekadar penutup rangkaian perayaan tahun baru Imlek, tetapi momen kebersamaan dan kebahagiaan bersama keluarga serta orang-orang terdekat. Dalam budaya Tionghoa, menjaga keharmonisan pada hari istimewa ini sangat penting.

Mereka percaya bahwa emosi dan energi yang hadir pada hari ini dapat mempengaruhi keberuntungan di masa depan. Bertengkar atau mengucapkan kata-kata kasar dianggap membawa energi negatif yang dapat mengusir keberuntungan dan menciptakan ketidakharmonisan dalam kehidupan.

Oleh karena itu, pada Cap Go Meh, masyarakat dianjurkan untuk bersikap sabar, berbicara dengan lembut, serta memperkuat hubungan dengan keluarga dan teman agar tahun yang baru dipenuhi dengan kedamaian dan keberkahan.

5. Meminjam atau Meminjamkan Uang

Dalam tradisi Tionghoa, setiap tindakan yang dilakukan pada hari-hari penting seperti Cap Go Meh dipercaya dapat mempengaruhi keberuntungan sepanjang tahun. Salah satu pantangan yang dipegang teguh adalah tidak meminjam atau meminjamkan uang pada hari tersebut.

Hal ini diyakini dapat membawa kesulitan finansial, baik bagi peminjam maupun pemberi pinjaman, karena dianggap sebagai tanda bahwa sepanjang tahun akan terus bergantung pada utang atau mengalami kebocoran rezeki.

Sebagai gantinya, masyarakat dianjurkan untuk mengelola keuangan dengan bijak dan memastikan bahwa hari Cap Go Meh diisi dengan kebahagiaan serta simbol-simbol kemakmuran agar keberuntungan finansial tetap terjaga di tahun yang baru.

6. Menjatuhkan atau Memecahkan Barang

Memecahkan piring, gelas, atau benda pecah belah lainnya selama perayaan Cap Go Meh dianggap sebagai pertanda buruk. Kejadian ini melambangkan kehancuran, perselisihan, atau bahkan kemalangan yang bisa menimpa keluarga di sepanjang tahun.

Pecahnya benda-benda ini diyakini dapat menggambarkan retaknya hubungan, hilangnya keberuntungan, atau datangnya kesialan dalam kehidupan. Jika insiden ini terjadi, ada kepercayaan bahwa seseorang harus segera mengucapkan doa atau kata-kata positif seperti "sui sui ping an" (å˛å˛åšŗåŽ‰).

Kata-kata ini berarti "semoga kedamaian selalu menyertai setiap tahun". Hal ini dilakukan untuk menangkal energi negatif dan mengubah makna buruk dari insiden tersebut menjadi doa bagi keselamatan dan keharmonisan keluarga.

7. Meninggalkan Meja Makan Sebelum Makan Bersama Selesai

Dalam perayaan Cap Go Meh, makan bersama keluarga bukan sekadar tradisi, tetapi juga simbol kebersamaan, keharmonisan, dan keberkahan. Oleh karena itu, meninggalkan meja makan sebelum semua anggota keluarga selesai dianggap sebagai tindakan yang tidak menghormati kebersamaan.

Kepercayaan ini berakar pada filosofi bahwa perayaan Tahun Baru Imlek, termasuk Cap Go Meh, adalah waktu untuk mempererat hubungan keluarga. Meninggalkan meja makan lebih awal diyakini dapat membawa perpecahan atau hubungan yang renggang di masa depan.

Sebagai bentuk penghormatan dan simbol persatuan, semua anggota keluarga dianjurkan untuk tetap di meja makan hingga seluruh hidangan selesai dinikmati bersama. Dengan begitu, kebersamaan tetap terjaga, dan keberuntungan serta keharmonisan keluarga dapat terus mengalir sepanjang tahun.

Pantangan-pantangan ini bukan hanya sekadar mitos, tetapi bagian dari tradisi yang diyakini membawa keberuntungan dan kesejahteraan. Meskipun tidak semua orang mempercayainya, menjaga tradisi ini menjadi cara untuk menghormati budaya leluhur.




(hil/irb)


Hide Ads