Kampung Wisata Oase Ondomohen, begitu tulisan yang tertera di gapura yang masuk Jalan Ondomohen Megarsari II, Kecamatan Genteng, Surabaya.
Gapura bergaya neoklasik itu sekaligus jadi pintu utama menuju Kampung Ondomohen.
Deretan tanaman dalam pot bekas pembungkus makanan ataupun botol plastik tampak terpajang di sepanjang jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Visual ini seolah membawa kesan bahwa daur ulang dan penghijauan menjadi tema dan daya tarik utama wisata alternatif itu.
Namun, di Kampung Wisata Oase Ondomohen ini, tak hanya melulu soal daur ulang dan penghijauan, tetapi juga telah menggunakan energi terbarukan yang berasal dari panel surya untuk memproduksi listrik.
![]() |
Ada 9 unit panel surya yang sudah terpasang di Kampung Wisata Oase Ondomohen. Instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) itu terpasang persis di gang masuk rumah warga.
Instalasi itu dilengkapi dengan solar inverter untuk mengubah arus listrik dari DC menjadi AC serta WiFi Switch R2, sebagai saklar daya pintar yang dipasang secara nirkabel.
![]() |
Alat itu untuk memonitor penggunaan listrik sekaligus menghitung penggunaan listrik serta mengendalikan perangkat dari jarak jauh.
Wakil Ketua RT 08 RW 07 Ratno Yuwono mengatakan, selain untuk penerangan, listrik juga digunakan untuk pemanfaatan tanaman dan penghijauan serta daur ulang.
![]() |
"Listrik yang dihasilkan dari PLTS digunakan untuk penerangan kampung, pompa tanaman hidroponik, pompa kolam ikan serta dimanfaatkan untuk me-sangrai maggot untuk makan ikan," kata Ratno.
Adi Candra, pegiat lingkungan serta warga setempat menilai, hadirnya PLTS juga memberikan kontribusi positif pada ekonomi. Seperti menghemat konsumsi listrik warga hingga 67%.
"Sebelum menggunakan PLTS, penggunaan energi listrik sebesar 170 KWh per bulan, setelah menggunakan PLTS penggunaan energi listrik kisaran 56 Kwh per bulan," jelas Adi.
![]() |
Adanya PLTS di tengah pemukiman warga juga memberikan edukasi nyata tentang energi bersih yang berperan besar dalam keberlanjutan alam.
Karena hal ini, warga setempat juga kini bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengetahui seluk beluk energi terbarukan. Seperti yang telah dilaksanakan yakni dari Pemkot Surabaya dan berbagai kampus.
"Selama ini warga tidak merasakan secara langsung, (tetapi) ketika mendengar adanya pembangkit listrik tenaga matahari, ternyata menjadi sumber energi yang hemat, serta menimbulkan minat bagi warga dalam mempelajari keilmuannya yang dilakukan langsung dalam kegiatan perawatan peralatannya," tandas Adi.
(ihc/fat)