PLTS Atap Jaga Riset Biota Laut Mero Foundation di Tulamben

PLTS Atap Jaga Riset Biota Laut Mero Foundation di Tulamben

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Jumat, 23 Mei 2025 12:49 WIB
Peneliti Mero Foundation, Ayu Indah saat menunjukkan Scanning Electron Mikroscope (SEM) di salah satu laboratorium yang energi listriknya menggunakan PLTS atap di Karangasem, Jumat (23/5/2025).
Peneliti Mero Foundation, Ayu Indah saat menunjukkan Scanning Electron Mikroscope (SEM) di salah satu laboratorium yang energi listriknya menggunakan PLTS atap di Karangasem, Jumat (23/5/2025). (Foto: Rizki Setyo/detikBali)
Karangasem -

Mero Foundation memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap untuk mendukung operasional laboratorium riset biota laut di Tulamben, Karangasem, Bali. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen mereka terhadap penggunaan energi terbarukan dan perlindungan sumber daya kelautan.

Terdapat 64 panel surya yang dipasang di atap laboratorium tersebut, dengan kapasitas menyerap hingga 16 ribu kWh energi matahari.

Pada Jumat (23/5/2025), detikBali bersama Institute for Essential Services Reform (IESR) berkesempatan mengunjungi Mero Foundation untuk melihat langsung pemanfaatan PLTS atap dalam kegiatan riset kelautan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendiri Mero Foundation, Rahmadi Prasetyo, mengatakan energi listrik dari PLTS sangat penting untuk menjaga kestabilan operasional laboratorium. Meski hanya mampu menyuplai sekitar 25-30 persen kebutuhan listrik, pasokan energi ini sangat membantu.

"Sangat dijaga (listrik di laboratorium). Tidak boleh istilahnya kalau misal kemarin blackout seminggu itu chaos banget pasti, harta kami di sini bakteri-bakteri itu," ujar Rahmadi di lokasi.

ADVERTISEMENT

Ia menjelaskan, penggunaan PLTS juga sejalan dengan komitmen yayasan dalam mendukung target emisi nol bersih (net zero emission).

"Kami manfaatkan matahari karena potensi di Karangasem terik jarang hujan, tetapi yang kedua memang kami sudah dari awal kepingin ada satu konsep ramah lingkungan," imbuhnya.

Peneliti Mero Foundation, Ayu Indah, menjelaskan laboratorium ini meneliti berbagai jenis biota laut, salah satunya adalah siput laut. Ia sempat melakukan studi tentang hubungan antara bentuk gigi siput laut dengan jenis makanannya pada 2021.

"Ternyata bentuk giginya beda. Jadi salah satu cara kami untuk mengidentifikasi," katanya.

Penelitian tersebut menggunakan alat bernama Scanning Electron Microscope (SEM) yang mampu memperbesar objek hingga 3.000 kali. Alat ini memerlukan daya besar untuk menghasilkan elektron.

"Dayanya dia bisa menghasilkan elektron sampai 20 ribu volt," ujarnya.

Selain itu, laboratorium juga membutuhkan energi listrik tinggi untuk menyimpan bakteri laut pada suhu tertentu. Hal ini penting agar bakteri tidak mati karena merupakan aset berharga dari sisi kekayaan intelektual.

Mero Foundation berdiri sejak 2020 dan berfokus pada riset serta edukasi kelautan. Penggunaan PLTS atap tak hanya mendukung operasional riset, tetapi juga sejalan dengan tren pemanfaatan energi bersih di Bali.

Analis Sistem Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Sisdwinugraha, menilai PLTS atap memberikan manfaat ekonomi langsung.

"Studi Indonesia Solar Energy Outlook (ISEO) 2025 oleh IESR menunjukkan bahwa pengembalian investasi PLTS atap bagi bangunan komersial skala menengah tercapai dalam waktu 11-12 tahun melalui penghematan tagihan listrik," jelas Alvin.

Ia menambahkan, Bali menjadi salah satu provinsi dengan tingkat adopsi PLTS atap tertinggi hingga 2024.

"Hal ini menegaskan bahwa Bali semakin serius dan aktif dalam mendukung target Bali Net Zero Emission (NZE) 2045 melalui pengembangan energi terbarukan yang sekaligus menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat dan pelaku usaha," tuturnya.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads