Pemerintah berencana membangun flyover Gedangan pada 2025 untuk mengurai kemacetan di Sidoarjo. Flyover Gedangan sebenarnya sudah dikaji sejak beberapa tahun lalu dan telah masuk sebagai proyek percepatan pembangunan Gerbangkertosusila di Perpres 80/2019.
Kepala Bidang Keselamatan Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sidoarjo Dr Dadang Suprianto menjelaskan urgensi pembangunan flyover Gedangan. Terutama berkaitan dengan tingkat kepadatan lalu lintas di sana.
Menurutnya, pergerakan lalu lintas dari kawasan Sedati, tepatnya setelah dibukanya exit tol arah Sukodono, membuat simpang Gedangan menjadi sangat padat. Kemudian lalu lintas di simpang Gedangan dalam istilah transportasi 'ada yang terlawan' hingga terjadi 'konflik'.
"Dengan konflik 2 fase, akhirnya ada tundaan (delay) dari sisi Surabaya arah Sidoarjo. Begitu pula dari Sidoarjo, dari Sukodono terlawan (kendaraan saling bertemu) karena arus dari Sidoarjo. Yang membuat parah lalu lintas didominasi di ruas jalan nasional," kata Dadang saat dihubungi detikJatim, Sabtu (7/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di samping itu," lanjutnya, "pelintasan sebidang yang ada di stasiun Gedangan menambah delay dari sisi Sedati maupun dari sisi Surabaya menuju arah Sedati, kemudian dari arah Sidoarjo ke Sedati."
Berdasarkan teori, lanjut Dadang, frekuensi kereta api yang lewat menambah jumlah volume lalu lintas. Jika sudah melebihi, maka seharusnya sudah tidak boleh lagi ada lagi pelintasan yang menjadi sebidang. Artinya bisa dengan membangun flyover atau underpass sebagai alternatif.
"Hasil penelitian kami waktu itu terpilih flyover karena tidak membutuhkan biaya yang besar dan kondisi air tanah cukup tinggi di situ, karena bekas tambak. Kurang cocok untuk underpass," ujarnya.
Dia menjelaskan, kemacetan atau kendaraan delay lama dari arah Surabaya ke Sidoarjo, tepatnya dari traffic light Gedangan hingga Pasmar. Kemudian dari sisi selatan simpang bahkan mendekati simpang Seruni dekat markas TNI AD.
"Ini memperparah kinerja jalan nasional. Jalan nasional itu minimal penghambatan titik konflik simpang minimal 40 km/jam. Boro-boro seperti itu, pagi dan sore 10 km/jam sudah maksimal. Makanya perlu mengurangi titik kemacetan akibat simpang menggunakan flyover," pungkasnya.
(dpe/iwd)