Dekan FK Unair Prof Dr dr Budi Santoso SpOG FER atau Prof BUS dicopot dari jabatannya pada Rabu 3 Juli 2024. Guru besar (Gubes), dosen, hingga dokter FK Unair pun kompak mogok kerja sebagai bentuk protes atas pencopotan Prof BUS.
Prof BUS dicopot dari jabatannya usai menolak rencana Kemenkes mendatangkan dokter asing ke Indonesia. Dokter hingga akademisi kemudian menggelar aksi damai di halaman kampus FK Unair, bahkan puluhan karangan bunga membanjiri kampus yang berada di Jl Prof DR Moestopo Surabaya itu.
Berikut sejumlah fakta mogoknya gubes, dosen, hingga dokter usai Prof BUS dicopot dari Dekan FK Unair:
1. Aksi 'Bela Prof BUS'
Dokter hingga sivitas akademika Unair menggelar aksi 'Bela Prof BUS'. Aksi bertajuk "Save Prof BUS Dekan Kita, Save Dokter Indonesia" ini digelar di depan patung Airlangga FK Unair pada Kamis (4/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peserta aksi mendatangi lokasi menggunakan baju putih dan seragam dokter muda. Aksi ini tidak hanya dihadiri dosen, dokter muda, dan rekanan sejawat Prof BUS, tetapi mantan Rektor Unair periode 2001-2006 Prof Dr dr Med Puruhito juga tampak hadir.
Mereka kompak membawa poster "Save Prof Bus" dengan wajah Prof Budi Santoso. Bendera setengah tiang pun mewarnai aksi tersebut sebagai bentuk rasa duka, yang mulai dikibarkan sekitar pukul 11.00 WIB.
"FK Unair berduka (bentuk dari bendera setengah tiang dikibarkan)," kata korlap aksi dr Moh Agung Marzah kepada detikJatim, Kamis (4/7/2024).
Puluhan karangan bunga juga memenuhi halaman FK Unair. Lebih dari 30 karangan bunga itu bertuliskan #saveProfBus dan #untukIndonesiasehat. Ada juga yang bertuliskan "Turut Berduka Cita Atas Hilangnya Demokrasi di Dunia Pendidikan".
Karangan bunga dukungan untuk Prof BUS itu berasal dari departemen hingga kalangan sejawat dokter. Ada dari Kelurahan PPDS OBGYN Unair, Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unair, Prodi Orthopaedi, alumni beberapa angkatan, dan masih banyak lagi.
Ada dua tuntutan disampaikan para dokter dalam aksi itu. Kedua tuntutan itu tertulis dalam sejumlah spanduk yang dibawa peserta aksi, yaitu mengembalikan Prof BUS sebagai Dekan FK Unair dan memberikan kebebasan berpendapat untuk seluruh akademisi dan dokter Indonesia.
2. Orasi Mantan Rektor Unair
Prof Puruhito berorasi di hadapan para peserta aksi 'Bela Prof BUS'. Ia mengatakan, sebagai warga FK Unair dan mantan rektor Unair merasa sangat berduka cita saat mendengar keputusan rektor Unair Prof Nasih mencopot Prof BUS.
"Saya berpendapat bahwa tindakan yang diambil pimpinan Unair, sebagai mantan pimpinan, ada beberapa hal yang tidak sesuai apa yang seharusnya terjadi," kata Prof Puruhito.
Ia menilai, Prof BUS belum waktunya mengundurkan diri atau belum selesai masa jabatannya. Prof BUS juga dirasa masih sehat atau tidak sakit sehingga tidak seharusnya meninggalkan jabatannya.
"Prof BUS tidak studi lanjut, Prof BUS tidak mundur, Prof BUS juga tidak masuk penjara atas keputusan pengadilan yang tetap. Itu syarat memecat seorang dekan atau wakil dekan di lingkungan Unair. Juga atas persetujuan senat Unair, dan sekarang juga harus atas persetujuan majelis wali amanah," jelasnya.
"Tiga syarat ini, juga ditambah lima syarat dasar rupanya tidak terlalu dipenuhi pimpinan. Karena itu, kami sangat berduka cita dan sangat terharu mendengar apa yang terjadi dengan dekan kebanggaan kami," tambahnya.
Sebagai mantan Rektor Unair, ia merasa bangga atas prestasi yang telah dicapai Prof BUS selama menjadi Dekan FK Unair. Di bawah kepemimpinannya, kampus dinilai bisa menjadi lebih baik.
"Kami bangga dengan Prof BUS karena prestasi kedokteran justru membawa nama baik Unair ke-308 (peringkat dunia) sekarang, dan segala macam prestasi, kebanyakan dari prestasi FK, yang dipimpin Prof BUS, di kepemimpinan dialah kita sekarang maju pesat. FK punya paper terbanyak di dunia internasional yang dikenal, tapi sayangnya mendadak terdengar berita ini," urainya.
3. Kompak Mogok Mengajar
Salah satu guru besar FK Unair Profesor Bedah Saraf Prof Dr dr Abdul Hafid Bajamal SpBS (K) mengajak rekan dosen dan staf FK Unair mogok kerja. Aksi ini sebagai bentuk protes dan akan dilakukan hingga Prof BUS kembali menjabat Dekan FK Unair.
"Kita akan bergerak mulai sekarang. Semua dosen, wakil dekan, dan bagian staf FK saya usulkan untuk mogok mengajar mulai hari ini (red, kemarin). Setuju? Sampai Prof BUS dikembalikan ke tempatnya," katanya diafirmasi para peserta aksi 'Bela Prof BUS'.
Prof Hafid mengatakan dirinya dan sejumlah pejabat, dosen, juga staf FK Unair yang terlibat dalam aksi 'Bela Prof BUS' telah bersepakat untuk mogok kerja demi mendesak Rektor Unair mengembalikan jabatan Dekan FK kepada Prof BUS.
"Paling tidak melakukan mogok mengajar sampai rektor mengembalikan posisi Prof BUS. Kita sudah kompak semua kepala bagian, staf, dosen, semua sepakat akan perjuangkan Prof BUS sampai akhir," jelasnya.
4. Kritikan Atas Pencopotan Prof BUS
Prof Puruhito menilai keputusan pencopotan Dekan FK Unair sangat mendadak. Pihaknya menolak keputusan rektor memberhentikan Prof BUS dari jabatannya tanpa suatu sebab yang diketahui.
"Tidak ada yang mendukung bahwa dia harus dipecat," kata Prof Puruhito.
Prof Puruhito dan para peserta aksi menuntut agar jabatan Prof BUS sebagai Dekan FK Unair dikembalikan hingga akhir masa jabatannya pada 2025. Tidak hanya itu, para guru besar dan dosen dalam aksi itu juga menilai Prof BUS telah banyak menorehkan prestasi, bahkan membawa nama Unair semakin dikenal secara internasional.
"Justru membuat nama Unair jadi naik. Jadi mengapa rektor justru membunuh seseorang di kalangannya yang sebetulnya membawa nama Unair jadi baik?" Kata Prof Puruhito mengkritik keputusan Rektor Unair saat ini.
Dia juga berharap nama baik Prof BUS dipulihkan sebagai orang yang betul-betul concern pada pendidikan dokter di Indonesia. Prof BUS dinilai mampu memproduksi dokter yang baik, bahkan tidak kalah dengan dokter asing.
5. Pertanyakan Dasar Pencopotan Prof BUS
Prof Puruhito menegaskan keputusan yang telah diambil Rektor Unair Prof Nasih sangat tergesa-gesa. Ia bersama sejumlah guru besar dan dosen akan menemui pimpinan Unair untuk menanyakan dasar pencopotan jabatan Dekan FK tersebut.
"Sampai sekarang kami belum jelas apa sih yang mendasari beliau (Rektor Unair) bertindak secepat itu? Kan ada prosedurnya. Harusnya SP1, SP2, dan seterusnya. Itu tidak ditempuh. Saya mantan rektor, administrator, tahu prosedur itu yang sampai sekarang tidak diberlakukan pada pemecatan Prof Bus. Itu yang kami sesalkan," jelasnya.
(irb/fat)