Limbah Kotoran Hewan Kurban Bisa Diolah Jadi Pupuk Cair dan Pestisida Nabati

Limbah Kotoran Hewan Kurban Bisa Diolah Jadi Pupuk Cair dan Pestisida Nabati

Adhar Muttaqin - detikJatim
Kamis, 20 Jun 2024 06:30 WIB
Limbah hewan kurban diolah menjadi pupuk cair hingga pestisida
Limbah hewan kurban diolah menjadi pupuk cair hingga pestisida (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Trenggalek - Salah satu kelompok tani di Trenggalek memanfaatkan limbah kotoran hewan kurban untuk diolah menjadi pupuk organik cair dan pestisida nabati. Pengolahan ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sedono Makmur, Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Trenggalek, Suparno mengatakan, pemanfaatan kotoran hewan kurban cukup mudah untuk diaplikasikan, karena hanya membutuhkan bahan dan peralatan sederhana.

"Kemarin itu kan banyak musala dan masjid yang menyembelih kurban berupa sapi dan kambing. Nah, dari pada rumennya dibuang jadi limbah dan baunya nggak karuan. Kita olah untuk bahan baku pembuatan pupuk organik cair (POC) maupun pestisida nabati dan pupuk padat nabati," kata Suparno, Rabu (19/6/2024).

Beberapa bahan pendukung yang dibutuhkan untuk pengolahan rumen atau kotoran dari perut sapi dan kambing adalah tetes tebu, air leri atau bekas pencucian beras.

Limbah hewan kurban diolah menjadi pupuk cair hingga pestisidaLimbah hewan kurban diolah menjadi pupuk cair hingga pestisida Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim

Untuk isi rumen dari seekor kambing, dibutuhkan satu liter tetes tebu dan air leri 10 hingga 20 liter. Sedangkan rumen dari seekor sapi membutuhkan 5 liter tetes tebu serta 20 liter air leri.

"Seluruh bahan tersebut dicampur menjadi satu dan dimasukkan dalam tong atau wadah tertutup selama 25 hari," ujarnya.

Setelah dilakukan fermentasi, maka akan didapatkan hasil berupa POC, pestisida nabati dan pupuk nabati. Meskipun terbuat dari kotoran hewan, namun hasil fermentasi tidak menimbulkan bau layaknya kotoran.

Lanjut dia, POC yang dihasilkan dari proses pengolahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan tingkat kesuburan lahan pertanian.

"Pemanfaatannya dilakukan sebelum tanam, setelah tanah dibajak itu disemprot dengan POC dari rumen itu," imbuhnya.

Pemanfaatan POC ini cukup mudah dan efektif. Untuk lahan seluas 1 hektare, membutuhkan sekitar 35 liter POC. Tahapnya, setiap 250 mililiter POC dicampur dengan 15 liter air. Selanjutnya, disemprotkan ke lahan garapan yang telah dibajak.

"35 liter POC itu diaplikasikan 10 kali ke lahan pertanian," jelasnya.

Menurutnya, dengan teknologi sederhana tersebut akan mampu mengurangi limbah dari penyembelihan hewan kurban. Tak hanya saat musim kurban saja, proses fermentasi kotoran menjadi POC juga dapat diterapkan pada tempat penyembelihan hewan atau jagal.

Sedangkan pengolahan kotoran ternak tersebut telah lama dijalankan oleh kelompoknya. POC hasil fermentasi kini banyak dimanfaatkan oleh para petani di Kecamatan Gandusari.

Sementara itu, salah seorang pengusaha kelapa sawit asal Sidoarjo, Uli Carla menyempatkan diri belajar langsung ke Trenggalek. Menurutnya, pemanfaatan kotoran tersebut dinilai cukup membantu para petani karena proses pengolahan yang sederhana dan mudah.

"Ini cukup membantu di bidang pertanian, semoga bisa menekan ongkos produksi dan meningkatkan produksi tanaman," kata Uli.

Rencananya, pihaknya akan mencoba melakukan pengolahan serupa untuk mendukung perkebunan kelapa sawit miliknya di Kalimantan.




(hil/iwd)


Hide Ads