Makna dan Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji

Makna dan Filosofi Wukuf di Arafah dalam Ibadah Haji

An Nisa Maulidiyah - detikJatim
Rabu, 05 Jun 2024 05:30 WIB
Muslim pilgrims gather on Mount Mercy on the plains of Arafat during the annual haj pilgrimage, outside the holy city of Mecca, Saudi Arabia August 31, 2017.  REUTERS/Suhaib Salem
Jemaah haji wukuf di Arafah. Foto: Reuters
Surabaya -

Wukuf di Arafah merupakan puncak perjalanan ibadah haji. Merujuk dari situs resmi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian, wukuf di Arafah akan dilaksanakan pada 9 Zulhijjah 1445 H atau 15 Juni 2024.

Ibadah wukuf mengandung analogi-analogi dengan perjalanan manusia ke akhirat, di antaranya kebutuhan akan ampunan Allah dan ibadah haji menjadi sebab diampuninya dosa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

"Siapa orang berhaji kemudian ia tidak melakukan perbuatan keji serta kefasikan, maka ia kembali bersih (diampunkan) dari dosa-dosanya sebagaimana ketika ia dilahirkan ibunya". (Mutafaq 'Alaih).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna dan Filosofi Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah memiliki makna dan filosofi yang mendalam dalam sebuah pelaksanaan ibadah haji. Dalam ibadah tersebut mengajarkan pentingnya pengampunan, taubat, persatuan, persaudaraan, persiapan untuk akhirat, dan kekuatan doa.

Selama wukuf di Arafah, jemaah haji dianjurkan untuk merenungkan makna serta tujuan di balik ritual tersebut, serta memanfaatkan waktu dengan beribadah dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT. Berikut makna dan filosofi wukuf di Arafah dalam ibadah haji.

ADVERTISEMENT

1. Pengampunan dan Taubat

Wukuf di Arafah merupakan kesempatan bagi para jemaah untuk memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT. Dalam Islam, Arafah dianggap sebagai tempat di mana Nabi Adam dan Hawa bertemu setelah diturunkan ke bumi dan memohon ampunan kepada-Nya.

Dari kisah tersebut wukuf di Arafah mengajarkan pentingnya introspeksi diri dan mengakui kesalahan. Juga sebagai momentum memohon ampunan kepada Allah SWT.

2. Melambangkan Hari Kiamat

Wukuf di Arafah melambangkan hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa "Haji adalah Arafah". Dalam pandangan ini, wukuf dianggap sebagai simulasi hari kiamat.

Di mana, semua manusia berkumpul di hadapan Allah SWT untuk melalui proses hisab (perhitungan amal perbuatan). Wukuf di Arafah mengajarkan pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat dan mengingatkan akan kebesaran serta keadilan Allah SWT.

3. Kesatuan dan Persaudaraan

Wukuf di Arafah juga menggambarkan kesatuan dan persaudaraan muslim. Pada hari tersebut, jemaah haji dari berbagai negara dan latar belakang etnis berkumpul di Arafah tanpa perbedaan status sosial.

Dengan hal ini, wukuf di Arafah mengajarkan pentingnya persatuan, saling mencintai, dan menghormati antar sesama muslim. Juga menekankan bahwa kedudukan manusia adalah sama di hadapan Allah SWT.

4. Doa dan Permohonan

Wukuf di Arafah adalah waktu yang sangat diberkahi untuk berdoa kepada Allah SWT. Dalam Islam, diyakini bahwa doa yang dilakukan di Arafah akan segera diijabah dan dikabulkan. Jemaah haji menggunakan waktu tersebut untuk berdoa, memohon ampunan, dan mengungkapkan keinginan serta kebutuhan mereka kepada Allah SWT.

Pada hakikatnya, wukuf di padang Arafah mengajarkan manusia untuk sejenak meninggalkan aktivitas duniawi selama beberapa jam, untuk memberhentikan segala kegiatan apapun agar bisa melakukan introspeksi diri, di mana pada saat itu jiwa dan spiritual seakan naik menemui Allah SWT.

Wukuf di Arafah memberikan rasa keharuan dan menyadarkan para jemaah haji akan yaumul mahsyar. Yang di mana pada saat itu, manusia diminta mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan semasa di dunia.

Artikel ini ditulis oleh An Nisa Maulidiyah, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/iwd)


Hide Ads