Pelaku UMKM Impikan Sentra Kuliner Khusus Bandeng Jelak di Jalur Pantura

Pelaku UMKM Impikan Sentra Kuliner Khusus Bandeng Jelak di Jalur Pantura

Muhajir Arifin - detikJatim
Sabtu, 20 Apr 2024 13:38 WIB
Pelaku UMKM Impikan Sentra Kuliner Khusus Bandeng Jelak di Jalur Pantura
Foto: Dok. Pribadi
Pasuruan -

Kota Pasuruan memiliki potensi sangat besar di sektor perikanan budidaya, yakni tambak ikan bandeng. Ikan bandeng hasil tambak di Kota Pasuruan dikenal memiliki keunggulan pada ukuran yang tidak terlalu besar dan rasanya yang gurih serta tidak berbau tanah.

Bandeng Kota Pasuruan lebih dikenal dengan sebutan bandeng jelak. Sebutan itu merujuk pada Dusun Jelak, Kelurahan Blandongan, Kecamatan Bugulkidul, yang merupakan penghasil terbanyak ikan bandeng di Kota Pasuruan.

Berdasarkan data Dinas Perikanan Kota Pasuruan, luas total lahan tambak ikan bandeng di Kota Pasuruan mencapai 636 hektare pada 2023. Lahan tambak tersebut tersebar di 6 kelurahan, yakni Gadingrejo, Mandaran, Tambaan, Tapaan, Kepel dan Blandongan. Lahan paling luas di Dusun Jelak, Kelurahan Blandongan mencapai 143 hektare.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rata-rata petambak memanen ikan bandeng pada usia 3-4 bulan. Bandeng yang dipanen berukuran 15-20 sentimeter atau setiap satu kilogram berisi 6-8 ekor. Total produksi ikan bandeng mencapai 1.834.363 kilogram pada 2023.

Selama bertahun-tahun, hasil panen ikan bandeng langsung dikirim ke luar daerah seperti Surabaya, Malang, Probolinggo, Mojokerto dan lainnya. Sebagian kelompok warga juga mengolahnya menjadi bandeng presto dan dikirim ke sejumlah daerah.

ADVERTISEMENT

Beberapa tahun belakangan, Pemerintah Kota (Pemkot) Pasuruan mulai memberikan perhatian serius pada petambak bandeng. Berbagai terobosan dilakukan untuk mengembangkan potensi bandeng jelak guna meningkatkan penghasilan petambak dan masyarakat sekitar.

"Bandengnya ini menarik, ukurannya kecil, nggak sama dengan bandeng pada umumnya. Kalau di daerah lain bisa satu kilogram isi dua, bandeng jelak maksimal satu kilogram isi empat ekor. Itu maksimal, standarnya isi enam sampai delapan ekor satu kilogram. Ukuran kecil itu bisa jadi keunggulan, bisa cukup sekali makan, orang tidak khawatir kelebihan. Keunggulan utama ada pada rasanya yang gurih dan bebas bau tanah. Keunggulan tersebut yang tidak dimiliki bandeng dari daerah lain." kata Analis Akuakultur Ahli Muda Dinas Perikanan Kota Pasuruan, Rosepta Dini Febriani, Sabtu (20/4/2024).

Rosepta mengatakan pada tahun 2017, dinas mulai memberikan pelatihan diversifikasi olahan produk. Masyarakat yang sebelumnya mengolah bandeng hanya menjadi presto dan olahan tradisional seperti bandeng goreng, mulai diajari olahan bandeng cabut duri.

Setelah bandeng cabut duri, masyarakat yang sebagian besar kaum perempuan dilatih mengolah bandeng menjadi aneka jenis olahan. Hingga saat ini terdapat berbagai macam olahan seperti bandeng bakar madu, bandeng presto, bandeng krispi, abon bandeng, sate komo bandeng, botok bandeng hingga stik duri bandeng.

Aneka olahan bandeng ini, sebut Rosepta, tidak serta merta langsung populer. Dinas bersama sejumlah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) olahan bandeng harus berjuang keras melakukan berbagai promosi dan sosialisasi untuk mengenalkan produk kepada masyarakat luas.

Pihak dinas terus mengikutkan pelalu UMKM olahan bandeng ke berbagai palatihan hingga ke Sidoarjo, melibatkan dalam berbagai pameran, menstimulasi dengan memberikan kemasan produk olahan hingga menggelar Festival Bandeng Jelak. Dalam Festival Bandeng Jelak, ribuan porsi makanan dari olahan bandeng disiapkan untuk masyarakat umum, yang semuanya merupakan produksi UMKM olahan bandeng jelak.

"Pada periode antara 2021-2022, ada inovasi Dinas Perikanan yakni Banser; bandeng jelak serbu restoran. Dari situ kita mulai tergerak untuk masuk ke resto-resto, kita datangi satu-satu. Akhirnya ada beberapa hotel dan restoran yang menjual olahan bandeng, seperti Hotel Ascent, BJ Perdana, sampai sekarang ada Kafe Jalan Tengah dan Valencia," terang Rosepta.

Pihak pemkot juga memberikan dukungan penuh dengan mengeluarkan surat edaran yang mengimbau seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) belanja makanan minuman (mamin) hasil olahan bandeng jelak. Imbauan ini, sebut Rosepta, mendongkrak penjualan produk olahan bandeng.

"Sejak itu mulai semakin ramai. Omset UMKM olahan bandeng meningkat, yang awalnya cuma beberapa ratus ribu, sekarang ada yang mencapai Rp10 juta sebulan, ada yang Rp25 juta sebulan," ungkap Rosepta.

Saat ini terdapat 11 kelompok UMKM olahan bandeng jelak. Setiap kelompok beranggota 8-10 orang. Dinas sampai saat ini memang belum memiliki kemampuan anggaran untuk memberikan bantuan permodalan pada UMKM-UMKM tersebut. Namun dinas berkomitmen untuk terus memberikan dukungan promosi dan sosialisasi.

"Bantuan permodalan belum bisa, belum sampai ke situ. Tapi sudah ada bantuan dari swasta, seperti bank, kepada beberapa UMKM, baik berupa uang maupun peralatan. Kami terus berkomitmen untuk melakukan promosi dan sosialisasi, Festival Bandeng Jelak kelima 2024 Mei nanti, rencananya kami tempatkan di depan kantor Dinas Perikanan Jalan Ir H Juanda, jadi biar lebih dekat sama warga dan tambaknya. Selama ini kan di Gedung Harmoni, nah tahun ini rencananya kita bawa "pulang" ke tempatnya," tutur Rosepta.

Dukungan dari OPD terkait juga sudah dilakukan demi pengembangan UMKM olahan bandeng jelak. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kota Pasuruan sudah membangun infrastruktur seperti gapura, paving, dan drainase di Dusun Jelak, Kelurahan Blandongan. Diharapkan, warga setempat, khususnya petambak bandeng, mendapatkan dampak positif dari pembangunan tersebut.

UMKM Impikan Sentra Kuliner Khusus Olahan Bandeng Jelak di Jalur Pantura

Masyarakat petambak bandeng mengapresiasi upaya keras Pemkot Pasuruan dalam mengembangkan potensi bandeng jelak. Berbagai terobosan dan usaha yang dilakukan pemkot telah berhasil membangkitkan perekonomian masyarakat.

Jika selama ini hasil tambak dijual langsung atau dalam bentuk presto, saat ini sudah banyak olahan bandeng. Sejumlah UMKM olahan bandeng bermunculan sehingga menyerap tanaga kerja, terutama kaum perempuan. Kaum perempuan yang sebelumnya tidak produktif, saat ini bisa menghasilkan uang sendiri untuk membantu perekonimian keluarga. Saat ini, 11 UMKM yang ada mampu memproduksi 10.049 kilogram olahan bandeng setiap bulan.

Salah satu UMKM olahan bandeng jelak adalah Jelak Joyo Foods (JJF) yang ada di Dusun Jelak, Kelurahan Blandongan, Kecamatan Bugulkidul. UMKM yang digawangi 10 perempuan ibu rumah tangga dan remaja putri ini telah berhasil memproduksi berbagai macam olahan bandeng, di antaranya bandeng bakar madu, bandeng presto, bandeng krispi, abon bandeng, sate komo bandeng, botok bandeng hingga stik duri bandeng.

Produk mereka diminati restoran-restoran, masyarakat umum hingga konsumen luar kota. Saat ada pesanan, 10 anggotanya sibuk di dapur khusus mulai menangani ikan mentah, memasak hingga pengemasan, sampai pengiriman. Setiap bulan kelompok ini selalu menerima pesanan olahan bandeng jelak.

"Kami berterima kasih sekali pada Pemkot, khususnya dinas perikanan, yang membantu kami dalam memproduksi olahan-olahan bandeng. Kami diajak pelatihan-pelatihan, pameran-pameran, hingga ada festival. Produk kami juga dibeli rutin olah dinas-dinas. Kami juga dibantu promosi sehingga sekarang dikenal luas sampai luar kota," kata Sofiyatul Khusna, salah satu anggota UMKM JJF.

Diakui Sofia, panggilan akrabnya, dengan adanya UMKM olahan bandeng perekonomian warga terbantu. Kaum perempuan yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan, sekarang banyak yang bisa menghasilkan uang sendiri.

"Alhamdulillah, setiap bulan ada banyak pesanan, meski tidak setiap hari. Kami bisa bantu ekonomi keluarga, bisa nyicil motor dan bisa dapat tambahan uang jajan untuk anak-anak," jelasnya.

Yanti, anggota JJF lainnya menimpali bahwa setiap anggota bisa mengumpulkan penghasilan Rp 900 ribu hingga Rp 1,5 juta sebulan. "Ada saat-saat pesanan ramai, seperti bulan Ramadan," tutur Yanti.

Pada bulan Ramadan, kata Yanti, produk yang paling diminati adalah bandeng bakar madu dan sate komo bandeng. Harga bandeng bakar madu Rp 26 ribu per porsi plus nasi, sedangkan sate komo bandeng Rp 21 ribu per porsi plus nasi. "Kami juga menerima pesanan tanpa nasi," ungkapnya.

Sofia dan Yanti mengaku pemkot sudah melakukan banyak hal untuk membantu petambak dan masyarakat sekitar, sehingga tidak lagi berharap pemkot akan memberikan bantuan-bantuan atau upaya-upaya yang lain. Namun mereka berharap suatu saat UMKM-UMKM olahan bandeng memiliki sentra kuliner khusus olahan badeng jelak di jalur pantai utara (pantura).

Dengan adanya sentra kuliner khusus di tempat strategis jalur pantura, produk olahan bandeng jelak akan mudah dijangkau para pengendara yang melintas, terutama warga luar kota.

"Itu harapan kam. Kalau ada sentra khusus di jalan utama, bisa lebih laris. Di sentra kuliner nanti bisa kami yang jualan di sana, bisa saja pihak lain, yang penting produknya dari UMKM-UMKM yang ada," kata Sofia, yang mendapat persetujuan dari Yanti.

Dikatakan Sofia dan Yanti, lokasi Kampung Bandeng Jelak saat ini memang dekat dari jalan raya jalur pantura. Namun mereka menyakini banyak pengendara yang belum mengetahui keberadaannya. Karena selain di dalam kampung, juga berada di sisi utara lintasan kereta api.

"Kalau ada sentra kuliner khusus bandeng jelak di tepi jalur pantura, dengan tulisan yang besar, kami yakin banyak pengendara yang mampir," ungkap Sofia.

Harapan Sofia dan Yanti dimaklumi Atok Maulana, penyuluh perikanan wilayah Kecamatan Bugulkidul, yang setiap hari mendampingi petambak dan pelaku UMKM olahan bandeng jelak. Apa yang diharapan Sofia dan Yanti, kata dia, sangat realistis dan memungkinkan untuk direalisasikan.

"Sentra kuliner di jalur pantura akan semakin meningkatkan penjualan dan membantu UMKM. Menurut saya itu harapan yang realistis, saya kira pemkot bisa mewujudkannya," kata Atok.

UMKM juga tidak akan khawatir dengan stok bahan baku bandeng. Karena, kata Atok, produksi bandeng di Kota Pasuruan sangat besar. "Kalau bahan cukup, bahkan banyak dijual keluar daerah," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(akd/ega)


Hide Ads