- Apa Itu Demam Berdarah Dengue?
- Fakta-Fakta Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue 1. Tidak Semua Nyamuk Membawa Virus DBD 2. Gejala Khas Demam Berdarah 3. Demam yang Terjadi Tidak Dapat Dibedakan 4. Beberapa Fase Demam Berdarah 5. Memasuki Fase Kritis 6. Risiko Berujung Komplikasi 7. Virus Demam Berdarah Dapat Dicegah
Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) kian meningkat di Indonesia. Di Jawa Timur, beberapa daerah turut melonjak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, dalam 5 tahun terakhir rata-rata kasus DBD ditemukan 121.191 kasus di setiap tahunnya.
Periode Januari hingga awal Maret 2020, kasus DBD di Indonesia mencapai 16 ribu. Dari angka tersebut terhitung 100 jiwa telah meninggal dunia. Kematian yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan keluarga dalam melakukan rujukan ke sarana kesehatan.
Cukup mengkhawatirkan bukan? Untuk mengantisipasi diri atas meningkatnya kasus DBD, yuk simak beberapa fakta penting mengenai demam berdarah berikut ini:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Demam Berdarah Dengue?
Dilansir dari laman Dinas Kesehatan, Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini sangat identik dengan musim hujan karena banyaknya tempat yang berpotensi tergenang air. Hal tersebut menjadi penyebab nyamuk tumbuh dan berkembang biak dengan cepat.
Dari penyebaran penyakit DBD, masyarakat seringkali dihimbau untuk menerapkan sikap waspada dengan menerapkan sikap 3M (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang). Upaya pencegahan dari pemerintah juga kerap kali dilakukan dengan melakukan penyemprotan fogging kepada wilayah yang terdampak.
Fakta-Fakta Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait penyakit Demam Berdarah Dengue, Kementerian Kesehatan telah memberikan sejumlah fakta yang perlu diperhatikan oleh masyarakat sebagai bentuk antisipasi terhadap penyakit DBD.
1. Tidak Semua Nyamuk Membawa Virus DBD
Salah satu jenis nyamuk yang menjadi pemicu utama penularan virus demam berdarah adalah nyamuk aedes aegypti betina. Nyamuk tersebut akan menularkan virus setelah menggigit manusia yang telah terinfeksi sebelumnya.
Penularan virus DBD tidak ditularkan secara langsung antar manusia. Dengan begitu, peran nyamuk aedes aegypti betina menjadi sumber utama yang menyebarkan virus melalui gigitannya.
2. Gejala Khas Demam Berdarah
Pada sebagian orang yang mengidap demam berdarah tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, dalam kurun waktu empat hingga sepuluh hari setelah digigit, orang tersebut akan mengalami demam hingga 40 derajat celcius disertai dengan sakit kepala parah, nyeri otot, sendi dan area belakang mata.
Demam berdarah juga memiliki gejala khas berupa munculnya ruam atau bintik merah pada area kulit yang terjadi akibat pendarahan. Bintik-bintik tersebut dapat muncul sekitar 2-5 hari setelah demam. Pada sebagian orang juga mengalami mimisan dan pendarahan ringan pada gusi.
3. Demam yang Terjadi Tidak Dapat Dibedakan
Demam yang terjadi pada pasien terjangkit DBD terkadang tidak dapat dibedakan. Sebagian orang masih terkecoh dengan demam flu yang biasa terjadi saat musim hujan melanda.
Gejala tersebut dapat dibuktikan jika demam tak kunjung turun selama tiga hari, maka pada hari berikutnya pengidap mesti melakukan tes darah ke fasilitas kesehatan terdekat. Demam yang kian meningkat perlu diwaspadai menjadi penanda penyakit lain seperti flu, tifus dan DBD.
4. Beberapa Fase Demam Berdarah
Terdapat tiga fase yang akan terjadi jika seseorang mengidap penyakit demam berdarah di antaranya:
- Fase demam, virus muncul dalam aliran darah yang menyebabkan demam tinggi. Pada tahapan ini, demam pertama akan muncul sekitar tiga hingga empat hari setelah terjangkit gigitan nyamuk.
- Fase kritis, terdapat berbagai kebocoran plasma yang terjadi secara tiba-tiba di dalam perut. Pengidap DBD akan menunjukkan penyempitan intravaskuler atau pendarahan berat. Jika memasuki fase ini, pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit.
- Fase penyembuhan, kebocoran plasma akan segera berhenti sejalan dengan reabsorbsi plasma dan cairan. Umumnya, ditandai dengan kembali meningkatnya nafsu makan, denyut nadi yang stabil, urine mulai meningkat dan pemulihan bintik ruam akibat virus dengue.
5. Memasuki Fase Kritis
Demam berdarah dapat menghilang dalam kurun waktu 24 jam jika diketahui adanya tanda-tanda seperti rendahnya jumlah sel darah putih. Pada kondisi tersebut, leukosit memiliki WBC<5.000 sel/mm3 dibandingkan dengan leukosit normal, yaitu WBC 5.000-10.000 sel/mm3.
Gejala lainnya ditandai dengan meningkatnya limfosit atipik yang artinya limfosit plasma biru semakin meningkat. Dengan menghilangnya demam, dapat menandakan jika pengidap DBD telah memasuki fase kritis.
Baca juga: 4 Cara Efektif Cegah DBD di Rumah |
6. Risiko Berujung Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pengidap DBD yaitu munculnya kerusakan pembuluh darah hingga menyebabkan pendarahan.
Jika tidak ditangani dengan cepat, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius seperti kejang, kerusakan hati, jantung, otak, hingga kegagalan sistem orang yang berujung kematian.
7. Virus Demam Berdarah Dapat Dicegah
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah tertularnya virus demam berdarah yaitu dengan menerapkan perilaku 3M.
- Menguras tempat penampungan air.
- Menutup tempat penampungan air.
- Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti (nyamuk pembawa virus DBD).
Selain menerapkan perilaku 3M, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Misalnya, dengan memasang kawat anti nyamuk pada ventilasi rumah, mengatur pencahayaan yang cukup hingga menaburkan bubuk abate pada penampungan air yang sulit dikuras.
Artikel ini ditulis oleh An Nisa Maulidiyah, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)