Kenali Tiga Nyamuk Penyebar Demam Berdarah Dengue

Kenali Tiga Nyamuk Penyebar Demam Berdarah Dengue

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Jumat, 27 Sep 2024 05:30 WIB
Aedes aegypti mosquito larvae are examined at the entomology department of the Health Ministry, in Guatemala City, Guatemala, July 22, 2024. REUTERS/Josue Decavele
Melihat dari Dekat Nyamuk Penyebab Demam Berdarah. (Foto: REUTERS/Josue Decavele)
Bandung -

Memasuki musim penghujan, ada bahaya yang mengancam. Yaitu, menetasnya telur-telur nyamuk vektor atau penyebar virus dengue yang di Indonesia dikenal sebagai demam berdarah dengue (DBD).

Dikutip dari situs Dinas Kesehatan Jawa Tengah, pada musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat karena telur yang belum menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan.

Virus dengue adalah sejenis virus yang menyebabkan demam. Namun, yang terasa oleh penderitanya adalah seolah-olah tulang di dalam tubuh patah-patah (break-bone fever).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Unila.ac.id, demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis, demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.

Nyamuk adalah penyebar virus ini. Lewat air liur nyamuk ketika melumasi permukaan kulit manusia sebelum dia menusukkan "jarum" penghisap darahnya, virus ini menyebar.

ADVERTISEMENT

Wahyu Tri Agustin dalam skripsi tentang nyamuk vektor DBD di Universitas Jember (2017) menyebutkan, yang menghisap darah hanyalah nyamuk betina. Sebab, nyamuk betina perlu nutrisi untuk bertelur. Dan yang menjadi alasan lain mengapa DBD seolah-olah menular, adalah karena nyamuk betina tidak cukup hanya menghisap darah dari satu manusia.

Nyamuk perlu menghisap darah dari dua atau tiga orang. Maka, jika salah satu orang itu terkena DBD, boleh jadi yang lain yang sama-sama dihisap darahnya oleh nyamuk yang sama, bisa terkena DBD juga.

Sejauh ini, kita mengenal hanya Aedes aegypti yang menjadi vektor DBD. Padahal, ada jenis lain yang juga berperan sebagai penyebar jalan penyebaran virus dengue.

Menurut situs Dinkes Jawa Tengah, ada tiga nyamuk vektor DBD. Yaitu, Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris. Yuk! Kenali ketiga nyamuk itu dari ciri fisiknya.

Tiga Nyamuk Penyebar DBD

1. Si Belang

Si Belang adalah julukan untuk nyamuk Aedes aegypti. Ini merujuk kepada warna tubuhnya yang hitam dengan belang warna putih di punggung. Ciri khususnya, adalah lyre atau garis lengkung putih pada dua sisi punggungnya.

Mengutip situs Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, disebutkan bahwa nyamuk ini bukan hanya menyebarkan virus dengue, namun juga Aedes aegypti sebagai vektor beberapa virus lain termasuk virus demam kuning, virus chikungunya, dan virus Zika.

Nyamuk ini diketahui tersebar di Amerika Serikat bagian tenggara, Timur Tengah, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik dan India, serta Australia utara. Nyamuk ini berukuran kecil. Dari tempatnya berkembang biak, Aedes aegypti bisa terbang sejauh 400 meter. Kemampuan terbangnya ini bisa menjadi catatan radius waspada DBD jika ditemukan sebuah kasus penyakit tersebut di masyarakat.

Nyamuk Aedes aegypti lebih senang tinggal di tempat-tempat yang tersembunyi seperti kolong tempat tidur, dan ruangan-ruangan lain yang tidak terkena cahaya matahari langsung.

2. Si Macan Asia

Nyamuk lain yang sama-sama berperan sebagai penyebar virus dengue adalah Aedes albopictus yang berjuluk Si Macan Asia. Secara fisik, nyamuk ini hampir serupa dengan Si Belang, namun pembeda yang tegas adalah bentuk lyre atau gurat putih pada punggung. Pada Si Macan Asia, lyre hanya sebentuk garis putih di tengah punggung.

Si Macan Asia lebih senang hidup di luar ruangan. Area-area hutan, kebun, dan tempat-tempat terbuka lainnya menjadi area kesenangan bagi Aedes albopictus.

Aedes albopictus adalah nyamuk asli daerah tropis dan subtropis di Asia Tenggara. Namun, dalam beberapa abad terakhir, spesies ini telah menyebar ke banyak negara melalui pengangkutan barang dan perjalanan internasional.

3. Aedes Scutellaris

Situs The Walter Reed Biosystematics Unit menyebutkan bahwa Aedes scutellaris punya ciri fisik sebagai berikut: Kaki, perut, dan toraks Aedes scutellaris dihiasi dengan cincin tebal dan garis sisik berwarna putih keperakan, sehingga tampak bergaris-garis.

Nyamuk ini memang tidak sering disebut-sebut dalam percaturan mengenai DBD di Indonesia. Namun, para ahli telah menyatakan bahwa Aedes scutellaris adalah bagian dari vektor DBD di Indonesia.

Tabiat Nyamuk Vektor DBD

Makanan utama nyamuk umumnya sari-sari bunga. Namun, nyamuk betina perlu mengisap darah untuk keperluan perkembang biakan. Nyamuk baru dapat bertelur jika sudah menghisap darah.

Nyamuk yang menjadi vektor DBD ini tidak sepanjang hari berkeliaran, melainkan pada jam-jam tertentu. Nyamuk vektor DBD sering terbang untuk mencari makan, juga mencari mangsa untuk dihisap darahnya pada pagi dan petang.

Pada pagi hari, nyamuk penyebar DBD terbang untuk mencari makan dan darah pada pukul 08.00-12.00. Sedangkan pada sore hari, nyamuk berkeliaran pada pukul 15.00-17.00, setiap hari.

Menurut Data Rutin Kementerian Kesehatan 2022 terkait DBD, Provinsi Jawa Barat adalah daerah dengan kasus DBD tertinggi se-Indonesia. Tercatat pada tahun tersebut ada 36.594 kasus DBD di Jawa Barat, disusul Jawa Timur yang 13.189 kasus, dan Jawa Tengah yang 12.467 kasus.

Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Untuk mencegah kasus DBD terjadi di sekitar kita, perlu tindakan antisipatif dengan mengurangi populasi nyamuk vektor DBD. Caranya tiada lain dengan memberantas sarang nyamuk itu.

Nyamuk vektor DBD, khususnya Aedes aegypti senang hidup di area genangan air bersih. Maka, air-air hujan yang tergenang pada wadah bekas, juga genangan air pada bak mandi, harus dibersihkan. Ini dikenal dengan 3M, yaitu Menguras tempat penampungan air, Menutupnya, dan Mengubur barang bekas.

Di Indonesia, upaya untuk memberantas sarang nyamuk vektor DBD telah dilakukan sejak tahun 1970-an. Pada Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue, Kementerian Kesehatan RI disebutkan pada tahun 1970 upaya penanggulangan demam berdarah dengue dimulai.

Pada tahun 1981, ada upaya Larvasidasi, yaitu pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida atau meneteskan larvasida cair secara selektif.

Pada tahun 1990 ada upaya fogging atau pengasapan area-area yang mungkin dijadikan tempat bersarang nyamuk. Pengasapan pengendalian vektor menggunakan bahan kimia ini bertujuan untuk mematikan nyamuk dewasa dalam waktu cepat. Penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan interval 5-7 hari. Selanjutnya pada tahun 1992, ada upaya penggunaan kelambu tempat tidur, serta dimulainya gerakan 3M.

Upaya terus berlanjut. Pada tahun 2000, dihadirkan Jumantik atau juru pemantau jentik. Kemudian pada tahun 2004 ada program COMBI (Communication for behavioral impact) untuk pemberantasan sarang nyamuk. Pada tahun 2015, ada G1R1J adalah singkatan dari Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads