- Gejala dan Tahapan HIV AIDS 1. Tahap Infeksi Awal (Acute HIV Infection) 2. Tahap Asimtomatik (Chronic HIV Infection) 3. Tahap AIDS
- Mitos dan Fakta tentang HIV AIDS 1. Mitos: Virus HIV Dapat Menular Melalui Kontak Fisik 2. Mitos: Virus HIV Lebih Rentan Dialami Homoseksual 3. Mitos: Penderita HIV Tidak Dapat Memiliki Anak 4. Mitos: Apabila Seseorang Tidak Mengalami Gejala HIV AIDS, Maka Tidak Terjangkit 5. Mitos: Seorang Penderita HIV Akan Mengalami AIDS
AIDS merupakan tahap lanjutan dari infeksi HIV yang ditandai dengan melemahnya sistem imun manusia. Sehingga menjadi rentan mengalami infeksi.
Sedangkan HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah virus yang menginfeksi sel-sel kekebalan tubuh manusia, sehingga mereka rentan mengalami infeksi.
Seiring berjalannya waktu, virus tersebut dapat berkembang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Terlebih apabila tidak segera ditangani.
Dilansir situs Sistem Informasi HIV AIDS Kemenkes, ditemukan 329.581 orang yang menderita HIV dan 137.397 orang menderita AIDS pada periode Januari sampai dengan Maret 2022. Salah satu faktor penyebab tingginya angka HIV AIDS di Indonesia adalah kurangnya edukasi.
Gejala dan Tahapan HIV AIDS
Ada beberapa tahapan dalam perkembangan virus HIV di tubuh manusia, serta gejala yang ditimbulkan. Berikut ini uraiannya.
1. Tahap Infeksi Awal (Acute HIV Infection)
Tahap ini berlangsung setelah seseorang terjangkit virus HIV selama beberapa minggu. Pada tahapan ini, penderita akan mengalami gejala yang hampir sama dengan flu. Meliputi demam, sakit tenggorokan, ruam kulit, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Akan tetapi, tidak semua orang yang mengalami gejala tersebut terindikasi menderita virus HIV.
2. Tahap Asimtomatik (Chronic HIV Infection)
Pada tahap ini, seorang penderita akan menimbulkan gejala ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala apapun. Akan tetapi virus HIV akan tetap aktif dalam tubuh.
Maka dari itu, seringkali penderitanya tidak menyadari bahwa virus ini telah menjangkit tubuh mereka. Tahap ini akan berlangsung selama beberapa tahun tergantung pada kondisi kesehatan dan pengobatan yang didapatkan.
3. Tahap AIDS
Pada tahapan ini, virus HIV mulai menyerang sistem imun manusia. Sehingga seseorang beresiko mengalami infeksi dan penyakit lainnya.
Beberapa gejala yang timbul pada tahapan ini, seperti penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, demam yang berlangsung lebih dari satu bulan, diare yang berkepanjangan, batuk yang tidak kunjung sembuh, dan sering terjangkit infeksi jamur.
Mitos dan Fakta tentang HIV AIDS
Banyak mitos yang beredar seputar HIV AIDS. Sehingga perlu diketahui lebih jelas kebenarannya, agar masyarakat dapat lebih bijak dalam menyikapinya.
1. Mitos: Virus HIV Dapat Menular Melalui Kontak Fisik
Faktanya, virus HIV tidak menular apabila seseorang berdekatan dengan penderita HIV AIDS. Pada dasarnya, virus ini tidak menular melalui kontak fisik, seperti duduk bersebelahan, berjabat tangan atau berpelukan.
Bahkan, virus ini juga tidak menular melalui keringat atau air liur yang keluar saat penderitanya bersin ataupun batuk. Juga tidak menular melalui pemakaian toilet umum, alat makan, kolam renang, dan gigitan nyamuk.
Virus HIV hanya dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman, seperti bergonta-ganti pasangan ataupun tanpa pengaman, jarum suntik yang digunakan secara bersamaan, dan transfusi darah.
2. Mitos: Virus HIV Lebih Rentan Dialami Homoseksual
Pasangan homoseksual memang mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap penularan virus HIV. Namun, hal tersebut tidak menjadikan pasangan heteroseksual tidak berisiko tertular penyakit ini melalui hubungan seksual.
Sebuah penelitian menyebutkan angka penularan HIV pada pasangan homoseksual dan heteroseksual tidak jauh berbeda. Karena hubungan seksual tidak aman yang dilakukan pasangan heteroseksual juga dapat menimbulkan resiko penularan virus ini.
3. Mitos: Penderita HIV Tidak Dapat Memiliki Anak
Hal itu tentu tidak benar. Faktanya, seorang pria yang menderita HIV dapat melakukan pengobatan secara rutin, sehingga jumlah virus dalam darahnya dapat menurun, dan memiliki risiko penularan HIV ke istri maupun anak menjadi sangat rendah. Bahkan hampir tidak ada risiko penularan.
Kemudian wanita yang menderita HIV namun rutin menjalani pengobatan antiretroviral, dapat menurunkan risiko penularan virus HIV kepada bayi saat melahirkan ataupun menyusui.
4. Mitos: Apabila Seseorang Tidak Mengalami Gejala HIV AIDS, Maka Tidak Terjangkit
Faktanya, virus HIV dapat menginfeksi ke dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala apapun selama 10 sampai dengan 15 tahun. Maka dari itu, orang yang tidak menunjukkan gejala apapun bukan berarti tidak terjangkit virus HIV.
5. Mitos: Seorang Penderita HIV Akan Mengalami AIDS
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila seorang penderita HIV secara rutin melakukan pengobatan antiretroviral, maka jumlah virus dalam tubuhnya akan menurun bahkan tidak terdeteksi lagi dalam darah. Oleh karena itu, risiko mengalami AIDS juga akan menurun.
Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sun/iwd)