Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya masih memiliki PR kawasan rawan genangan dan banjir saat hujan. Salah satunya kawasan Dukuh Kupang yang membutuhkan penanganan ekstra.
"Untuk PR kami di wilayah Dukuh Kupang itu ada beberapa titik butuh penanganan penuh. Dari beberapa titik di Surabaya kita sudah memetakan dan memberikan beberapa solusi, tapi kita sesuaikan kebutuhan setiap tahun," kata Kabid Drainase DSDABM Surabaya, Windo Gusman Prasetyo saat dihubungi detikJatim, Selasa (7/11/2023).
Dia menambahkan ada beberapa kendala dalam mengatasi genangan dan banjir yang masih muncul di Kota Surabaya. Masalah utamanya yakni sampah yang didominasi limbah domestik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengatasi genangan, kesusahan dan kesulitan, sampah tidak dipungkiri. Sampah di saluran itu cukup menghambat kalau ada hujan. Di rumah pompa ada screen untuk mengambil sampah. Kalau sampah itu pastinya akan menghambat air ke laut atau sungai utama. Itu yang membuat lama untuk pengaliran," jelasnya.
Selain limbah rumah tangga, perubahan tata guna lahan juga menjadi kendala DSDABM mengatasi genangan dan banjir. Sebab sangat banyak ditemukan saluran menyempit.
"Saluran yang di atasnya banyak bangunan liar, untuk normalisasi juga susah. Dan saluran yang sudah buntu, akhirnya saluran tidak terkoneksi," ujarnya.
Kemudian, lanjut Windo, mengenai pembangunan saluran. Ia menyebut banyak sekali aliran air yang melewati bawah rel kereta api. Ini menjadi tantangan untuk penyelesaiannya.
"Kita bangun saluran di bawah rel kereta api juga pengurusannya susah, harus ke Bandung dan lainnya. Itu masih usaha kami. Tahun depan kita usahakan akan membangun yang di bawah rel kereta api," pungkasnya.
(esw/fat)