Film Dokumenter Netflix berjudul 'Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso' bikin heboh. Film yang mengulas kasus es kopi sianida itu berhasil menggiring masyarakat Indonesia kembali mengingat proses hukum yang berjalan pada kasus kematian Wayan Mirna Salihin pada 2016 silam.
Menanggapi hal itu Pakar Komunikasi Universitas Brawijaya, Assoc Prof Anang Sujoko menyampaikan bahwa apa yang terjadi di film ini merupakan salah satu bentuk peran media sebagai pilar penegak demokrasi di Indonesia.
"Saya melihat media sedang memainkan perannya untuk mengontrol praktik-praktik hukum yang ada di Indonesia, mengontrol aparat yang bekerja, yang menjalankan penegakan hukum tetapi tidak dengan benar," ujar Assoc Prof Anang Sujoko kepada detikJatim, Kamis (12/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya ini juga menyampaikan bahwa Film tersebut mencuat bisa jadi karena adanya ketidakadilan pada saluran utama proses-proses hukum yang sedang berjalan di Indonesia.
"Sehingga media film ini hadir sebagai representasi keresahan yang tidak tersalurkan. Masyarakat yang powerless dalam sisi hukum kemudian berbicara melalui alternatif yang lainnya," jelas Anang.
Menurutnya, ketika media bisa memerankan perannya sebagai kontrol sosial dan penegak demokrasi, maka hal ini merupakan hal positif.
"Justru inilah yang diharapkan, media bisa berperan dalam mengoreksi dan mengontrol ketimpangan yang terjadi di masyarakat akibat oknum-oknum yang tidak menjalankan fungsinya secara bijaksana, profesional, dan adil," pungkas Anang.
(dpe/iwd)