Tekad Kuat Eni Perempuan Blitar Lestarikan Batik Tutur

Tekad Kuat Eni Perempuan Blitar Lestarikan Batik Tutur

Fima Purwanti - detikJatim
Senin, 02 Okt 2023 19:09 WIB
Eni melestarikan batik tutur khas Blitar
Eni melestarikan batik tutur khas Blitar (Foto: Fima Purwanti/detikJatim)
Blitar - Eni Setiawati (49), warga Desa Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Blitar punya tekad kuat untuk melestarikan batik tutur khas Blitar. Menurutnya, batik tutur mengandung filosofi kehidupan dan perlu dikenalkan kepada generasi muda.

Tim detikJatim menemui perempuan ramah itu di rumahnya yang telah disulap menjadi tempat produksi batik. Puluhan lembar kain batik dipajang dengan rapi. Beberapa produk berupa baju, dress, syal juga disusun rapi di etalase.

Eni mengaku sudah menekuni dunia batik sejak 2013. Berawal dari kecintaannya terhadap batik, ia lalu bertekad untuk belajar membatik. Selain itu ia ingin menciptakan batik literasi yang sama dengan batik tutur.

Batik literasi maupun tutur bertujuan untuk menyampaikan pesan atau nasehat dari desain gambar yang ada dalam batik tersebut.

"Saya tergugah untuk bisa membuat batik literasi, karena bisa menyampaikan pesan sejarah, cerita maupun doa dan harapan dalam desain karya seni batik," kata Eni kepada detikJatim di kediamannya, Senin (2/10/2023).

Eni sering menuangkan cerita-cerita sejarah pada motif batik. Misalnya, motif pahatan yang ada di Candi Penataran. Ada pula motif ikan mujair yang juga merupakan ikan bersejarah di Kabupaten Blitar.

"Ada motif candi Penataran, ikan mujair, terus kemudian ada juga motif cakra palah. Motif-motif ini mengandung cerita, yang bisa disampaikan. Termasuk ke anak-anak sekarang," terangnya.

Eni melestarikan batik tutur khas BlitarEni melestarikan batik tutur khas Blitar Foto: Fima Purwanti/detikJatim

Produksi batik Eni bisa dikatakan eksklusif, karena banyak menghasilkan batik tulis yang penuh filosofi. Bahkan, proses pembuatannya membutuhkan waktu hingga 2 bulan untuk 1 lembar kain.

Namun, Eni juga memproduksi batik dengan teknik cap maupun kombinasi. Itu karena menyesuaikan dengan permintaan pelanggan dan pasar.

"Cenderung pakai teknik batik tulis, tapi juga kadang kombinasi dengan batik cap. Lebih cepat prosesnya, dan harganya lebih terjangkau," sambungnya.

Peminat batik buatan rumah produksi batik Jagadjowo ini bervariasi. Mulai dari pelanggan lokal daerah dan luar kota. Eni mengaku sempat mendapatkan pesanan dari luar negeri, termasuk Kanada.

"Kebanyakan dari lokal saja, OPD atau sekolah-sekolah. Kalau dari luar negeri ya ada dari Kanada, tapi permintaan dengan motif khusus," imbuh Eni.

Eni berharap batik tutur maupun batik literasi bisa terus berkembang. Bahkan jangan sampai kalah dengan batik printing yang lebih murah dan prosesnya cepat.

"Tentu harapan para pembatik itu batik tulis bisa tetap eksis, jangan kalah dengan batik printing. Ini penting, karena selain mengandung filosofi di setiap lembarnya tapi juga membantu karya-karya para pembatik," pungkasnya.


(hil/iwd)


Hide Ads