Di era modern saat ini, profesi petani sudah mulai ditinggalkan anak muda. Terlihat dari minimnya minat anak muda untuk bertani. Kebanyakan mereka lebih memilih menjadi pekerja kantoran maupun pegawai negeri.
Muhammad Solichin, warga Dusun Tlogorejo, Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, tergugah untuk memperjuangkan hal ini. Ia bertekad agar dunia pertanian tidak hilang karena ditinggalkan anak muda.
Menurut pria 38 tahun ini, seharusnya sektor pertanian di Indonesia bisa lebih maju dibanding negara-negara lain. Sebab, memiliki keunggulan tanah yang subur dan berada pada iklim tropis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cukup sayang jika 5 atau 10 tahun ke depan tidak ada lagi yang mau bertani. Kita kan memiliki tanah subur dan pertanian ini merupakan warisan dari kakek maupun buyut kita," ujar Solichin pada detikJatim, Senin (2/10/2023).
Upaya yang dilakukan Solichin untuk mempertahankan pertanian adalah dengan menggagas Pemuda Tani Kabupaten Malang. Ini merupakan organisasi yang menaungi para petani muda di wilayah Malang.
Pria lulusan SMK swasta di Surabaya ini mengaku masuk ke dunia pertanian sejak tahun 2013. Jatuh bangun hingga bangkrut dan bangkit kembali usai gagal panen telah dia rasakan selama menekuni dunia pertanian.
Namun, pengalaman itu bukan membuatnya menyerah. Dia terus belajar untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya hingga pada akhirnya berhasil mengembangkan tanaman alpukat pameling.
"Memang proses yang dijalani tidak mengkhianati hasil, saya pada tahun 2015 itu berhasil mengembangkan alpukat pameling yang dinobatkan sebagai buah unggulan Kabupaten Malang," kata Solichin.
"Alpukat pameling ini juga yang membuat relasi saya bertambah. Permintaan bibit alpukat pameling pada tahun 2017 itu mulai banyak, tapi saya tidak bisa menerima permintaan itu karena barangnya tidak ada," sambungnya.
Dari situ, dia mulai mengajak teman-temannya yang putus sekolah atau bekerja serabutan di desa untuk bertani. Program ketahanan pangan yang mengakumulasi petani dan kebutuhan untuk dipenuhi secara kolektif terus dilakukannya.
Ketelatenan Solichin dalam memberikan arahan dan pemahaman cara bertani kepada teman-temannya mampu membuahkan hasil. Banyak teman-teman di desanya mulai bisa bertani secara mandiri.
Bahkan, ia bersama teman-temannya juga mengembangkan edukasi pertanian. Lahan di desanya dikembangkan dan ditanami sebagai perkebunan edukasi. Ia juga bekerja sama dengan pemerintah desa setempat.
Berita selengkapnya di halaman selanjutnya!
Setelah sukses di desanya, Solichin mulai mengembangkan sayap ke desa-desa lain. Ia mengajukan pelatihan untuk perkumpulannya kepada Dinas Pertanian Kabupaten Malang.
"Kami dilatih manajemen tani dan banyak hal lain. Setelah itu kami kembangkan ada di tiap kecamatan jaringan kami. Dan dari sana juga membentuk Pemuda Tani," ungkapnya.
Perjuangannya baru dimulai saat ia membentuk Pemuda Tani, tak ada yang lebih sulit dibandingkan menjaring petani muda yang berkemauan kuat untuk maju. Itu yang ia harus dapatkan di desa-desa di Kabupaten Malang.
"Akhirnya, memulai berjalan keliling se-Kabupaten Malang, 33 kecamatan selama delapan bulan. Itu saya lakukan untuk menjaring anggota satu kecamatan, satu orang pemuda," tuturnya.
Menurut Solichin, mencari anggota ini merupakan fase yang paling sulit. Sebab, ada saja pemuda yang mengungkapkan keengganannya untuk berkecimpung di pertanian. Ia terus mencari bakat-bakat muda yang memiliki potensi dalam bidang pertanian.
"Kalau yang ikut-ikutan saja ya gak bisa. Perlu kesabaran, dimulai dari teman saya di desa hanya lima orang. Kami lalu dibantu membuat legalitas Pemuda Tani di Kabupaten agar punya dasar yang jelas," tambahnya.
Berjalannya waktu, organisasi Pemuda Tani itu semakin berkembang dan mampu membantu banyak petani muda di Kabupaten Malang. Mulai dari membangun kerja sama melalui program Kementan dan dinas, serta mencari pengalaman hingga ke beberapa daerah lain.
"Kami mengajak pelatihan agar punya pengalaman. Mereka yang mengikuti dengan baik sekarang awalnya adalah petani ketinggalan. Banyak dilanda masalah modal dan sebagainya," terangnya.
"Sekarang mulai bisa mencari investor perusahaan, kami ajak kemitraan. Bertaninya juga beragam, dari mulai tomat, cabai, sayuran, pisang, melon, banyak lagi," sambungnya.
Sampai saat ini, dia terus mengajak para petani lain untuk maju melalui Pemuda Tani. Kegiatan sehari-harinya tak lepas dari berkebun dan bercocok tanam. Serta mengupayakan pelatihan, komunikasi dan konsultasi.
"Termasuk kami arahkan kalau ada yang panen raya, penjualannya ke mana. Bagaimana menjadi petani melek digital. Memasarkan dan promosi juga dari internet dan membangun jejaring ke luar untuk bisa memasarkan secara lebih luas," kata dia.
"Motivasi saya untuk petani muda jangan sampai menyerah menjadi petani. Semua petani itu keren, ujung tombak ketahanan pangan Indonesia dari rakyat untuk Indonesia," tandasnya.