Sejumlah siswa, orang tua, dan guru dari Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Cabang Banyuwangi dan Yayasan Karamel Keuskupan Malang mengikuti program pendidikan Lintas Iman. Mereka diajak ke sekolah yang masuk dalam lingkup UNESCO.
Program yang menjadi bagian pendidikan Nasional di lingkup Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Implementasi Kurikulum Merdeka ini bertujuan agar para peserta mendapat pengalaman nyata.
Dalam program pendidikan Lintas Iman yang digawangi Yayasan Hati Suci melalui Kupuku Indonesia ini, 28 orang ini menerima pelatihan tentang pemanfaatan Artificial Intelligent.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemanfaatan AI diharapkan meringankan kerja guru-guru jenjang SMP dan SMA dari kedua Yayasan Pendidikan itu, kemudian dilanjutkan program live in dan studi banding ke SD Kanisius Kenalan, Magelang selama 5 hari.
Melalui program ini, peseta diharapkan mendapatkan pengalaman yang bisa diaplikasikan dengan penyesuaian di masing-masing lembaga pendidikan.
Joseph Dharmabrata Ketua Dewan Pembina Yayasan Hati Suci mengungkapkan program ini ditarget bisa menjangkau ribuan sekolah, puluhan ribu orang tua, dan ratusan ribu peserta didik di Indonesia.
"Melalui Kupuku Indonesia, Yayasan Hati Suci memperluas jangkauan dampak secara nasional dengan menjangkau ribuan sekolah, puluhan ribu orang tua, dan ratusan ribu peserta didik. Semangat kami mewujudkan kasih, harapan, dan masa depan bagi banyak orang dengan dampak merata dan signifikan," ujarnya, Selasa (29/8/2023).
Sementara Satrio Anindito Acting CEO KUPUKU Indonesia meyakini program yang mengintervensi pendidikan Lintas Iman ini dapat menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul.
Menurutnya SDM yang unggul akan menjadi kunci bagi masa depan yang lebih berkelanjutan karena akan berkontribusi pada kemajuan masyarakat Indonesia dan sejalan dengan prinsip-prinsip tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
"Melalui kolaborasi yang terbangun di dalam Program Kerja Sama Lintas Agama di Bidang Pendidikan ini, kami berupaya membangun iklim dan ekosistem pendidikan yang nyaman, aman, dan menyenangkan untuk anak-anak," terang Anindito.
Dalam kesempatan itu, Ketua LP Ma'arif NU Banyuwangi Zaki Al Mubarok mengaku kerja sama lintas iman di satuan pendidikan itu bisa membuat toleransi beragama semakin kuat.
"Sehingga moderasi beragama di satuan pendidikan betul-betul dirasakan dampaknya. Tentu agar generasi ke depan kita tidak asing dengan toleransi dan pluralisme," ujar Zaki.
Untuk itulah para peserta ini diajak melihat sekolah yang masuk daftar UNESCO. Yakni SD Kanisius di Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
"Kita diajak ke salah satu sekolah. Yang menjadi lab school UNESCO, dimana pembelajaran kurikulum merdeka betul-betul berjalan dengan baik disana," imbuhnya.
(dpe/iwd)