Tak Berdaya Melawan Harga Mahal Seragam Sekolah

Round Up

Tak Berdaya Melawan Harga Mahal Seragam Sekolah

Dida Tenola - detikJatim
Selasa, 25 Jul 2023 07:00 WIB
Struk pembelian paket seragam sekolah di salah satu SMA Sidoarjo.
Ilustrasi harga seragam sekolah. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Mahalnya harga seragam menjadi sorotan di Jawa Timur beberapa hari terakhir. Polemik ini selalu muncul setiap masuk tahun ajaran baru sekolah.

Sebetulnya banyak orang tua siswa atau wali murid yang sadar harga seragam yang biasanya dijual oleh koperasi sekolah lebih mahal ketimbang yang ada di pasaran. Namun, masyarakat menjadi tak berdaya melawan harga mahal tersebut seolah terperangkap dengan sistem yang sudah berlangsung lama.

Hal itu diungkapkan oleh pengamat pendidikan Surabaya Isa Ansori. Menurutnya, sudah menjadi rahasia umum kalau sekolah akan mencari untung dari penjualan seragam maupun atribut lainnya setiap masuk tahun ajaran baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Problem seragam yang dijual oleh sekolah itu dari tahun ke tahun memang seperti itu. Dirasakan sebagian besar masyarakat itu terlalu mahal. Sayangnya banyak wali murid yang tidak berdaya dan ini kesempatan cari untung, apalagi (penjualan seragam peserta didik baru) dikelola oleh koperasi sekolah," jelas Isa kepada detikJatim, Senin (24/5/2023).

Isa menambahkan, sebetulnya lumrah kalau sekolah menjual seragam. Masalahnya, kebanyakan harga seragam yang dijual sekolah selama ini lebih tinggi daripada yang dijual toko-toko. Sehingga, orang tua siswa tentu akan mudah untuk membandingkan harga yang jomplang.

ADVERTISEMENT

"Persoalannya begini, orang itu sudah bisa membandingkan, lebih murah yang mana, kan begitu. Nah jadi persoalan ketika harga yang dijual di sekolah lebih mahal dari yang ada di luaran," ujarnya.

Isa pun menyoroti fenomena seragam mahal di SMA Negeri yang ada di Tulungagung. Menurutnya, apa yang dikeluhkan wali murid di Tulungagung menjadi potret yang terjadi di sekolah negeri lain.

"Apa yang terjadi memang betul seperti di Tulungagung. Misalkan di Surabaya, ya. Di Surabaya itu untuk 4 setel seragam itu bisa Rp 2.300.000. Itu bukan cuma 100 persen, mungkin 200 persen (lebih mahal dari harga di pasaran)," tuturnya.

Dia menilai bahwa harga kain seragam itu memberatkan. Apalagi yang dibeli dari sekolah baru berupa kain. Orang tua siswa masih perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk menjahit seragam.

"Berupa kain, jahitkan lagi 4 setel bisa Rp 800 ribu. Satu setelnya bisa Rp 150 ribu-200 ribu. Sehingga praktis untuk 4 stel seragam orang tua harus menyediakan Rp 3 juta. Belum lagi nanti buku," ujarnya.

Masalah harga seragam yang memberatkan wali murid ini, menurut Isa, sudah terjadi bertahun-tahun. Lantas mengapa hal itu bisa terjadi? Isa menjelaskan karena selama ini tidak ada regulasi yang secara khusus mengatur tentang harga seragam sekolah yang dijual oleh koperasi/toko sekolah.

"Sehingga lagi-lagi, dalam kasus ini, pemerintah harus hadir dalam bentuk regulasi. Terutama untuk sekolah-sekolah negeri," tukas pria yang saat ini menjadi Ketua Bidang Data, Informasi, dan Litbang Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jatim tersebut.

Emil ancam pejabat sekolah jika kedapatan mainkan harga seragam. Baca halaman selanjutnya

Mahalnya harga seragam yang dijual oleh sekolah ini mendapat perhatian serius dari Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Elestianto Dardak. Emil tak segan mencopot pejabat sekolah jika kedapatan mempermainkan harga seragam.

"Hati-hati, nonjob aja bisa," tegas Emil usai menutup acara peringatan Hari Koperasi Jatim di Kota Blitar.

Pemprov Jatim, kata Emil sudah mengambil langkah disiplin soal seragam sekolah yang dijual mahal. Dia menegaskan, Pemprov Jatim sedang berproses untuk memberantas hal itu.

Emil juga meminta orang tua siswa melapor dan menyertakan bukti apabila mendapati penyimpangan di sekolah. Termasuk apabila ada pemaksaan pembelian seragam, adanya diskriminasi, dan sebagainya.

"Karena tiap kali saya dapat (laporan), saya cek ke sekolah, beres. Ilang buktinya, masalahnya pun selesai juga dan yang ngadu ke saya itu tiba-tiba tidak mau memperkarakan lagi," ujarnya.

Menurutnya, bukti diperlukan untuk membuktikan bahwa ada pemaksaan dan sebagainya. Pemda setempat juga diharapkan bisa sejalan dengan Pemprov Jatim untuk memberantas masalah-masalah yang ada di SD maupun SMP.

"SD dan SMP itu pembinanya Kabupaten dan Kota. Tolong bupati dan wali kota sama kencengnya dengan kita," katanya.

Pembaca detikJatim yang mengalami atau ingin membagikan informasi terkait permasalahan seputar seragam, atribut, hingga pungutan liar (pungli) di sekolah-sekolah yang ada di Jawa Timur bisa mengirim ke alamat email redaksi@detiksurabaya.com dan redaksi@detikjatim.com atau kirim DM di Instagram @detik_jatim

Halaman 2 dari 2


Simak Video " Video: Perhatikan Hal Ini Sebelum Beli Seragam Sekolah Anak"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/dte)


Hide Ads