Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur menyoroti banyaknya jenis seragam sekolah di jenjang SMA dan SMK Negeri. Seragam khas dan jas almamater dinilai malah menambah beban siswa dan wali murid.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengatakan, saat ini rata-rata ada enam jenis seragam yang diterapkan di sekolah. Yakni abu-abu putih, pramuka, batik, seragam khas, jas almamater dan seragam olahraga.
"Kami lagi minta tolong di-review lagi terkait dengan seragam khas dan jas almamater, itu hanya menambah beban siswa dan wali murid," kata Emil Elestianto Dardak saat dikonfirmasi detikJatim melalui sambungan telepon, Senin (24/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, empat seragam saja dinilai sudah cukup untuk mendukung kepentingan pembelajaran, yakni abu-abu putih, pramuka, batik dan seragam olahraga.
"Seragam khas misalnya, kan sudah ada batik, yang bisa jadi khas juga," ujarnya.
Emil berharap, masing-masing sekolah bisa mengkaji ulang terkait penerapan seragam tersebut. Sehingga, beban ekonomi siswa dan orang tua tidak semakin berat.
Orang nomor dua di Pemprov Jatim ini juga menegaskan, peserta didik diberikan kebebasan untuk mendapatkan seragam dan tidak harus dari sekolah. Bahkan, kata dia, pihak sekolah diminta tidak cawe-cawe soal penyediaan seragam.
"Tolong, ini meskipun enggak wajib tapi kalau sekolah menawarkan kan kesannya jadi wajib. Jadi jangan ikut jualan serahkan ke koperasi, di sana kan ada petugasnya. Kalau ditawarkan ke kelas-kelas ya berat lah, murid pasti kena pressure," kata Emil.
Sebelumnya, polemik mahalnya seragam sekolah muncul setelah salah satu wali murid di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung buka suara. Ini karena, harga kain yang dipatok sekolah dinilai terlampau tinggi dibandingkan dengan harga pasaran. Untuk paket lengkap, ia harus mengeluarkan uang Rp 2.360.000.
Tak hanya itu, tingginya harga kain seragam juga terjadi di SMAN Karangrejo, sepasang kain seragam dihargai hingga Rp 579 ribu.
(hil/dte)