Dinilai Mahal, Segini Perbandingan Harga Seragam SMAN Tulungagung-Sidoarjo

Dinilai Mahal, Segini Perbandingan Harga Seragam SMAN Tulungagung-Sidoarjo

Denza Perdana - detikJatim
Sabtu, 22 Jul 2023 16:29 WIB
SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung
SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung. (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Surabaya -

Harga paket seragam dan atribut SMA Negeri 1 Kedungwaru, Tulungagung dikeluhkan wali murid karena dinilai mahal. Totalnya mencapai Rp 2.360.000 untuk siswi berjilbab.

Bila dibandingkan dengan sekolah lainnya, yakni salah satu SMA Negeri di Sidoarjo, total harga paket seragam dan atribut SMAN 1 Kedungwaru itu memang sedikit lebih mahal.

Berdasarkan data yang didapatkan detikJatim dari wali murid salah satu SMA Negeri di Sidoarjo, biaya yang harus dikeluarkan ortu untuk siswi berjilbab totalnya Rp Rp 2.109.625.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari perbandingan itu didapatkan selisih total biaya paket seragam untuk siswi berjilbab SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung dengan salah satu SMAN di Sidoarjo itu Rp 250.375.

Sementara itu untuk siswa tidak berjilbab atau putra, biaya seragam dan atribut di SMAN di Sidoarjo lebih murah Rp 223.000 dari yang berjilbab, yakni total senilai Rp 1.886.625.

ADVERTISEMENT
Rincian biaya seragam dan atribut SMA di TulungagungRincian biaya seragam dan atribut SMA di Tulungagung. (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)

Bandingkan dengan harga siswa tidak berjilbab di SMAN 1 Kedungwaru, Tulungagung. Total harga paket itu bila dikurangi jilbab seharga Rp 160.000 menjadi Rp 2.200.000.

Lebih khusus per item kain seragam abu-abu putih, ada selisih harga antara yang dijual di koperasi SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung dengan salah satu SMAN di Sidoarjo.

Di SMAN 1 Kedungwaru, 1 stel kain seragam abu-abu putih harganya Rp 359.400. Sedangkan di salah satu SMAN Sidoarjo harganya Rp 317.225 atau selisih Rp 42.175.

Struk pembelian paket seragam sekolah di salah satu SMA Sidoarjo.Struk pembelian paket seragam sekolah di salah satu SMA Sidoarjo. (Foto: Istimewa)

Secara umum selisih harga paket seragam sekolah antara satu sekolah dengan sekolah lainnya memang berbeda-beda. Persamaannya, untuk sekolah negeri sudah ada aturan sekolah dilarang menjual seragam kecuali melalui koperasi.

Selain itu, sekolah juga dilarang mewajibkan apalagi sampai memaksa siswa baru untuk membeli seragam atau atribut sekolah di koperasi. Siswa bahkan dibolehkan memakai seragam bekas yang dipakai kakaknya.

Klarifikasi SMAN 1 Kedungwaru, Tulungagung. Baca di halaman selanjutnya.

Humas SMAN 1 Kedungwaru Agung Cahyadi menyatakan bahwa harga itu sangat relatif. Menurutnya, siswa bisa memilih alternatif lain dengan cara membeli di luar sekolah.

"Kalau harga kami rasa relatif ya, artinya anak-anak ada alternatif lain, jika dirasa mahal maka bisa cari di tempat lain yang lebih murah," katanya, Jumat (21/7/2023).

Namun, Agung mengingatkan sekolah punya aturan terkait penggunaan seragam sekolah, sehingga para siswa harus menyesuaikan seragam yang dipakai dengan aturan itu.

"Contohnya Senin pakai abu-abu putih, hari lain pakai pramuka dan lain-lain. Nah aturan itu harus dipatuhi, tapi kalau beli seragamnya di mana terserah, monggo, kami membebaskan," kata Agung.

Dia juga menyebutkan bahwa pihak SMAN 1 Kedungwaru tidak mewajibkan siswa baru untuk membeli seragam di koperasi. Dia izinkan siswa beli perlengkapan di luar sekolah.

Menurutnya, pihak sekolah melalui koperasi sekolah hanya sebatas memfasilitasi siswa baru agar lebih mudah mendapat paket seragam yang digunakan di SMAN 1 Kedungwaru.

"Jadi anak-anak bisa memilih, mungkin hanya beli satu jenis bisa, atau tidak membeli di sekolah juga boleh. Bahkan kalau misalkan punya seragam dari kakaknya, boleh juga," ujarnya.

Adalah NE, seorang wali murid di SMAN 1 Kedungwaru, Tulungagung yang mengeluhkan harga paket seragam dan atribut sekolah yang mahal.

"Kalau melihat harganya saya rasa cukup mahal, itu belinya di (koperasi) sekolah," kata NE, Kamis (20/7/2023).

NE juga mengeluhkan bahwa seragam yang dia dapatkan itu masih berupa kain yang perlu dijahit supaya menjadi seragam. Yakni kain abu-abu putih, pramuka, batik, dan seragam khas sekolah.

"Untuk seragam itu masih dalam bentuk kain lho, kalau yang sudah jadi cuma seragam olahraga. Jadi kami harus ada biaya tambahan lagi untuk menjahitkan," ujar NE.

Selain itu, NE juga mengeluhkan pembelian paket seragam dan atribut sekolah itu yang terkesan diwajibkan. Guru sempat mewanti-wanti murid soal warna seragam yang berbeda.

"Anak saya dibilangi sama gurunya, kalau beli di luar nanti warnanya beda. Jadi anak-anak takut, apalagi siswa baru," ujarnya.

Meski NE merasa harga paket seragam dan atribut itu memberatkan, dia tetap merogoh kantung dalam-dalam agar anaknya tidak sampai merasa minder di sekolah.

"Kemarin itu akhirnya saya upayakan untuk melunasi, ya namanya demi anak. Tapi kalau bisa mbok jangan mahal-mahal," imbuhnya.

Pembaca detikJatim yang mengalami atau ingin membagikan informasi terkait permasalahan seputar seragam, atribut, hingga pungutan liar (pungli) di sekolah-sekolah yang ada di Jawa Timur bisa mengirim ke alamat email redaksi@detiksurabaya.com dan redaksi@detikjatim.com atau kirim DM di Instagram @detik_jatim.

Halaman 2 dari 2
(dpe/dte)


Hide Ads