Pengajian khilafah yang diduga digelar oleh sejumlah tokoh eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Pasuruan dibubarkan paksa oleh warga. Kericuhan sempat terjadi dalam upaya pembubaran itu.
Ada sejumlah fakta dalam peristiwa yang terjadi di Desa Sumbersuko, Purwosari, Pasuruan yang sempat diwarnai kericuhan itu. Simak fakta-fakta yang dihimpun detikJatim berikut ini.
1. Sempat ricuh saat dibubarkan oleh warga dusun setempat
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasi Humas Polres Pasuruan Ipda Bambang Sugeng menjelaskan bahwa pengajian itu adalah kegiatan Multaqo Ulama Aswaja Tapal Kuda 1444 Hijriah.
Pengajian itu disebu oleh warga dusun setempat yang bermaksud agar panitia membubarkan acara itu. Warga datang sembari berselawat hingga menyanyikan Indonesia Raya.
Namun, meski warga sudah meminta segera bubar, pengajian itu tetap berjalan. Hal ini membuat warga emosi hingga terpicu kericuhan dan perusakan pagar rumah yang ditempati pengajian.
2. Tema kontroversial pengajian picu amarah warga
Sesuai dengan spanduk yang terlihat di lokasi pengajian, tertulis bahwa pengajian itu bertema 'Khilafah Mengakhiri Hegemoni Dollar dengan Dinar dan Dirham'.
Tema kontroversial ini memicu amarah warga hingga membubarkan pengajian.
"Kita tidak ingin Indonesia disisipi ajaran-ajaran khilafah. Kegiatan ini sudah berlangsung selama 16 tahun. Kita sudah pantau kegiatannya," ujar salah satu perwakilan warga, Salam, Selasa (20/6/2023) malam
3. Sudah berlangsung selama 16 tahun
Ternyata, pengajian yang digelar di Desa Sumbersuko, Purwosari, Kabupaten Pasuruan ini sudah berlangsung selama belasan tahun.
Salam menyebutkan bahwa warga sekitar sudah memantau kegiatan ini selama bertahun-tahun. Tapi pengajian itu terus digelar.
"Kegiatan ini sudah berlangsung selama 16 tahun. Kita sudah pantau kegiatannya. Kita tidak ingin Indonesia disisipi ajaran-ajaran khilafah," ujar Salam Rabu (21/6/2023).
4. Pengajian itu tidak berizin
Apa yang membuat warga membubarkan pengajian tersebut salah satunya karena ternyata kegiatan itu tidak berizin.
"Kegiatan itu ditolak warga karena tidak ada izin atau pemberitahuan kepada aparat desa maupun kepolisian," kata salah satu warga, Bambang, Rabu (21/6/2023).
Selain itu, warga juga resah karena kegiatan tersebut disinyalir menyebarkan ajaran yang bertentangan dengan Pancasila.
"Kita minta seluruh jemaah membubarkan diri supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Kita menjaga Indonesia supaya tetap kondusif," imbuh warga lain, Salam.
Diduga dimotori tokoh eks HTI. Baca halaman selanjutnya.