Kemarau panjang memang belum dirasakan secara luas oleh warga. Namun bagi sebagian warga Desa Gunung Putri, Situbondo, mencari air bersih memerlukan perjuangan ekstra. Seperti apa?
Desa Gunung Putri terletak di salah satu sudut Situbondo. Lokasinya berbatasan langsung dengan Desa Sumber Canting, Bondowoso.
Sepintas, apalagi saat musim penghujan desa ini tampak subur. Namun saat musim kemarau akan berbalik 180 derajat. Terlihat tandus dan kering kerontang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk sekadar mendapatkan air bersih untuk kebutuhan minum dan memasak warga harus berjalan berkilo-kilometer. Itu pun harus rela antre karena harus bergiliran.
![]() |
Sebab, satu-satunya air hanya didapat dari sumber mata air yang saat mulai memasuki musim kemarau dapat dipastikan debitnya samakin mengecil. Bahkan, jika kemarau terlalu panjang sumber air tersebut akan mati.
Tak jarang, warga pun akan membawa jeriken agar lebih banyak air yang dapat dibawa pulang sebagai stok persediaan. Meski konsekuensinya harus rela antre berjam-jam.
"Ya mau gimana lagi. Sekalian jalan, bisa dapat air banyak. Daripada bolak-balik, jaraknya lumayan melelahkan," tutur Buk Sanema, warga setempat.
Buk Sanema mengaku yang diambil dari mata air itu hanya untuk kebutuhan minum dan masak saja. Sedangkan untuk mandi dan mencuci, cukup memanfaatkan aliran sungai.
"Tapi kalau kemarau sudah lama, sungai pun alirannya juga kecil. Akhirnya, kadang ya mandi 2 hari sekali," ujar ibu 3 anak yang berkerja sebagai buruh tani ini.
Sementara salah seorang warga desa lainnya, Mistadi, mengaku pada saat tertentu ada bantuan air dari BPBD. Tapi hanya didrop di satu lokasi tertentu. Karena medannya memang tak memungkinkan untuk mencapai beberapa titik.
"Jarak dari titik drop air kadang sama jauhnya dengan jarak ke sumber air. Makanya, kadang warga juga tetap ke sungai atau sumber," tukas Mistadi.
Ia juga mengaku jika kondisi seperti itu memang sudah terjadi dari dulu. Yakni susah mendapatkan air bersih saat musim kemarau.
"Rata-rata warga desa sini hanya dapat berdoa, semoga musim kemarau tidak berlangsung lama. Karena semakin lama, maka air semakin susah," pungkas Buk Sanema, sembari berlalu dengan membawa jeriken berisi air.
(abq/iwd)