Kendati belum meluas, beberapa wilayah di Situbondo mulai merasakan dampak kekeringan. Wilayah rawan kekeringan itu tersebar di 5 kecamatan.
Data diperoleh dari BPBD Situbondo, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya 4 kecamatan tersebut yakni Sumbermalang, Suboh, Mlandingan, Arjasa, dan Banyuputih.
"Memang belum pada kondisi darurat. Tapi kami sudah mulai siaga," jelas Kabid Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Situbondo, Gatot Trikorawan saat dikonfirmasi detikJatim, Sabtu (10/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPBD Situbondo sudah mulai menyiagakan beberapa mobil tangki untuk droping air bersih. Masing-masing berkapasitas 5.000 liter air.
![]() |
Bukan cuma itu, koordinasi juga sudah dilakukan BPBD dengan provinsi, yaitu pihak PMI Jawa Timur untuk dapat memberi dukungan mobil tangki air jika sewaktu-waktu memang dibutuhkan. Karena lembaga itu juga memiliki armada.
"Sampai saat ini memang belum ada daerah yang melaporkan tentang darurat air bersih. Yang jelas kami selalu stand by," tandas Gatot Trikorawan.
Berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa desa di 5 kecamatan memiliki potensi besar mengalami kekeringan. Yakni Desa Plalangan Sumbermalang, Desa Gunung Putri Suboh.
Lalu Desa Selo Mukti dan Alas Bayur Mlandingan, serta beberapa desa di kecamatan Arjasa dan Banyuputih.
Masing-masing desa tersebut secara geografis memang berada di kawasan perbukitan kering. Sehingga untuk mendapatkan air bersih warga hanya mengandalkan dari sumber air.
Namun pada saat musim kemarau, sumber air tersebut mengering. Sehingga tak jarang mereka menggunakan air sungai untuk kebutuhan minum dan memasak.
(abq/iwd)