Lengsernya Soeharto yang Jadi Tanda Lahirnya Reformasi di Indonesia

Nanda Syafira - detikJatim
Minggu, 21 Mei 2023 17:36 WIB
Demonstrasi 98/Foto: Ilustrasi: Edi Wahyono
Surabaya -

Presiden Soeharto lengser pada 21 Mei 1998. Hari itu diperingati sebagai Hari Peringatan Reformasi atau Hari Reformasi Nasional. Tahun 2023 merupakan peringatan yang ke-25.

Reformasi di Indonesia terjadi pada masa Presiden Soeharto. Ia merupakan presiden kedua RI, yang menggantikan Soekarno pada 1967 dan memimpin Indonesia selama 32 tahun.

Soeharto dijuluki sebagai Bapak Pembangunan. Ia dianggap mampu menjaga stabilitas negara, seperti yang dilansir dari detikNews.

Namun predikat itu runtuh saat demonstrasi dan kerusuhan terjadi di mana-mana. Itu seperti yang tertera dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional yang ditulis Fajriudin Muttaqin dkk.

Dalam buku tersebut diterangkan, demonstrasi mahasiswa bermula dari kondisi krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada 1998. Sejatinya krisis ekonomi itu merupakan bagian dari krisis finansial yang melanda Asia.

Krisis itu beriringan dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan Soeharto, dalam mengatasi krisis yang melanda negeri. Oleh karena itu, reformasi terus disuarakan dan pergerakan masyarakat terus terjadi di mana-mana, sebagai bentuk tuntutan kepada pemerintahan Soeharto.

Mahasiswa turun tangan menyuarakan kondisi kritis yang melanda negeri. Namun waktu itu Soeharto berpegang teguh pada pendiriannya, untuk melakukan reformasi setelah 2003.

Protes dan demonstrasi semakin tak terbendung, akibat dari reformasi yang tak kunjung terlaksana. Aksi demonstrasi terjadi di beberapa wilayah seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Ujung Pandang, dan daerah lainnya.

Seruan reformasi semakin membara ketika harga bensin mengalami kenaikan. Dari Rp 700 melambung ke Rp 1.200 per liter.

Kondisi itu memicu kekacauan yang menyebabkan tragedi berdarah pada 12 Mei yang dikenal dengan Tragedi Trisakti. Para demonstran, utamanya dari kalangan mahasiswa berkumpul menuju gedung DPR.

Aparat yang mengamankan kondisi tersebut, mengeluarkan tembakan peringatan dengan peluru besi. Massa kocar-kacir menyelamatkan diri.

Nahas, tembakan tersebut mengenai beberapa mahasiswa di lokasi. Mahasiswa yang gugur yakni Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998), Hafidin Royan (1976-1998), dan Hendriawan Sie (1975-1998). Sementara mahasiswa lainnya yang mengalami luka-luka dibawa ke RS Sumber Waras.

Atas kekacauan yang tak terkondisikan itu, sidang paripurna diusulkan untuk digelar. Ketua DPR/MPR Harmoko juga menyatakan kepada pers bahwa Wakil Ketua dan Ketua Dewan setuju menggelar sidang paripurna pada 19 Mei 1998.

Sejumlah tokoh politik turut diundang ke istana terkait pembahasan isu yang tengah melanda negeri saat itu. Sebut saja seperti Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid, dan tokoh lainnya. Hasilnya ialah, pada 21 Mei 1998 Soeharto melepaskan jabatannya sebagai Presiden.

"Saya memutusken untuk menyataken berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ucap Presiden Soeharto kala itu, seperti yang dikutip dari detikNews.

Lengsernya Soeharto menjadi momen lahirnya reformasi di Indonesia. Berita turunnya Soeharto sebagai presiden disambut gembira masyarakat.

Menurut keterangan Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti, meski dalam kepemimpinannya penuh akan kontroversi, tak dapat dipungkiri bahwa Soeharto telah turut andil dalam pembangunan di negeri ini.



Simak Video "Video Prabowo: TNI Selalu Dituduh Mau Jadi Diktator"

(sun/iwd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork