Jelang tahun politik, masyarakat harus mewaspadai informasi hoaks yang disebarkan masif, terus menerus dan berulang. Kendati informasi itu bohong, tapi jika penyebarannya masif, kontinyu dan berulang-ulang, bisa memunculkan anggapan bahwa informasi itu benar.
"Apalagi di era teknologi seperti sekarang ini, penyebaran informasi hoaks secara masif itu sangat mungkin dilakukan. Dan tanda-tandanya mulai muncul," kata mantan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Laksamana Madya (Purn) Harjo Susmoro, di Jember, Jumat (12/5/2023).
Harjo Susmoro hadir di Jember sebagai salah satu keynote speaker seminar internasional ilmu hadist yang digelar Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi'i Jember. Dia menyampaikan materi tentang Stabilitas Negara dari Perspektif Hadist.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Harjo, perubahan tatanan yang terjadi begitu cepat tanpa disertai informasi yang lengkap, akan menimbulkan ketidakpastian. Jika disertai dengan masalah-masalah yang kompleks dan masyarakat tidak siap untuk itu, maka timbul rasa ambigu atau kebingungan.
"Dan ini akan dimanfaatkan para kepentingan untuk memenangkan keinginannya dengan hoaks, yaitu kebohongan," ujarnya.
Kebohongan ini, kata Harjo, jika disebarkan satu orang, mungkin tidak ada efeknya. Tapi jika dikemas sedemikian rupa dan disebarkan oleh ribuan orang, maka akan dianggap sebuah kebenaran.
"Apalagi jika penyebaran informasi itu dilakukan secara berulang-ulang," tambahnya.
Oleh karena itu, kata Harjo, sangat penting bagi masyarakat untuk memiliki standar nilai sebuah kebenaran. Baik itu standar agama maupun standar hukum negara.
"Dan standar kebenaran agama bagi masyarakat Islam, adalah Alquran dan hadist. Karena standar ini akan tetap menyatakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah," tandasnya.
Sementara 7 pakar hadist dari berbagai negara Timur Tengah dan Asia Tenggara hadir dalam konferensi ini. Ratusan peserta yang hadir juga dari berbagai negara.
"Stabilitas negara sudah ada dalam hadis Rasulullah. Sehingga dengan kembali kepada hadis, otomatis stabilitas negara akan terjaga," kata Ketua STDI Imam Syafi'i Jember Muhammad Arifin Badri.
Kabid Kemasyarakatan Bakorwil V Jember Agus Samiaji mengapresiasi konferensi internasional ini. Dia berharap konferensi ini menjaga atau meningkatkan indeks kerukunan beragama, khususnya di Jawa Timur.
"Indeks kerukunan beragama ini menjadi modal merawat kesatuan dan persatuan bangsa. Pemerintah Jawa Timur terus menjaga hingga saat ini, sebab jika Jawa Timur bergejolak akan mempengaruhi stabilitas nasional," pungkasnya.
(abq/fat)