Mina Sugianto warga Kecamatan Sukun, Kota Malang menjadi salah satu pembudidaya Microgreens. Tanaman yang dibudidayakan ini terbilang cukup unik karena jarang ditemui di Kota Malang.
Sesuai dengan arti namanya, microgreens adalah sayuran berukuran kecil seperti benih tapi bisa dikonsumsi layaknya sayuran berukuran normal. Bahkan microgreens ini dipercaya punya nutrisi lebih tinggi dibandingkan sayur biasa.
Mina menyampaikan, awal mengetahui microgreens ini saat dirinya makan di restoran yang berada di Singapura. Saat itu microgreens digunakan sebagai salad atau garnish pada sajian makanan di restoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari situ saya coba mencari tahu dan menelusuri microgreen. Ternyata microgreens ini memiliki nutrisi 2 kali lipat dibandingkan sayur biasa," ujarnya, Senin (24/4/2023).
Sejauh yang dia ketahui microgreens memang jarang ditemukan di Malang maupun Indonesia. Microgreens ini baru bisa ditemukan di kota-kota besar di Indonesia.
![]() |
"Jadi waktu pulang dari Singapura saya pikir ini bagus. Saya coba membudidayakan microgreens untuk memperkenalkan kepada warga di Malang," kata Mina.
Untuk membudidayakan microgreens sendiri terbilang cukup mudah. Hanya butuh waktu 7-10 hari hingga tanaman bisa dipanen dan dikonsumsi.
"Jadi benih ditabur dalam jumlah banyak, akan ada masa blank out selama kurang lebih 3-4 hari. Setelah itu, benih akan pecah dan tumbuh 1-2 cm. Sejak saat itu benih bisa langsung kena cahaya matahari," terangnya.
Tanaman-tanaman yang bisa dibudidayakan seperti Sawi,Bayam, Wortel dan untuk benih dari luar negeri seperti Wasabi dan brokoli.
Hasil budidaya yang telah dia lakukan saat ini sudah banyak dipesan masyarakat serta sejumlah restoran di Malang hingga Surabaya. Mina tak memungkiri sebenarnya microgreens ini memiliki harga yang lebih mahal ketimbang sayuran biasa.
"Untuk satu kotak bisa mencapai Rp 60-80 ribu. Kalau satu kotak sayur lokal seperti bayam, sawi itu harganya lebih murah sekitar Rp 40-50 ribu," tandasnya.
(dpe/iwd)