Belum Ada Temuan Kasus di Surabaya, Ini Upaya Pemkot Cegah Leptospirosis

Belum Ada Temuan Kasus di Surabaya, Ini Upaya Pemkot Cegah Leptospirosis

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 08 Mar 2023 14:18 WIB
infografis leptospirosis kencing tikus
Ilustrasi leptospirosis. (Foto: infografis detikHealth)
Surabaya -

Beberapa hari ini muncul kasus wabah Leptospirosis atau kencing tikus di Pacitan. Sebanyak 204 orang terjangkit di Pacitan, 6 di antaranya meninggal dunia.

Di Kota Surabaya sendiri belum ditemukan kasus Leptospirosis. Meski begitu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya melakukan berbagai upaya pencegahan penyakit yang menyebar lewat hewan tersebut.

"Belum ada temuan. Tapi ada upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Leptopsirosis," kata Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina, Rabu (8/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebutkan bahwa upaya pertama yang dilakukan adalah deseminasi informasi di faskes mengenai penyakit Leptospirosis. Baik melalui media KIE berupa leaflet, poster, penyuluhan terhadap masyarakat, dan media sosial.

Selanjutnya, Dinkes akan bekerja sama dengan institusi lainnya. Kegiatan Balai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP) untuk melakukan surveilans pemeriksaan sentinel tikus dan survei kepadatan tikus di sejumlah wilayah di Surabaya. Khususnya yang padat penduduk dan rawan banjir.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Dinkes juga akan meningkatkan kewaspadaan dini Faskes dengan adanya surat dari Dinkes tentang pencegahan dan tata laksana pengobatan pasien Leptospirosis.

"Kami akan terus melakukan monitoring dan evaluasi intensif secara rutin setiap minggu pada aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) di tingkat puskesmas dan RS," pungkasnya.

Penyakit leptospirosis juga dikenal dengan sebutan lain seperti demam canicola, demam ladang tebu, dan demam 7 hari. Leptospirosis pertama kali dilaporkan pada 1886 oleh Adolf Weil. Sehingga, disebut juga sebagai penyakit atau sindrom Weil.

Untuk diketahui, kuman leptospira dapat hidup di air tawar sekitar satu bulan. Leptospira juga bisa bertahan di tanah yang lembap, tanaman, maupun lumpur dalam waktu lama.

Leptospira bisa berenang di air. Sehingga bisa menginfeksi kaki manusia yang sedang terluka. Umumnya laporan orang yang terkena Leptospirosis terjadi setelah banjir.

Mereka yang banyak bersentuhan dengan binatang seperti peternak, petani, dan dokter hewan juga rawan terserang bakteri leptospira. Demikian juga petugas pembersih selokan.

Ada sejumlah hewan yang berpotensi untuk menularkan bakteri leptospira. Selain tikus, hewan lain yang berpotensi menularkan leptospira adalah kucing, kuda, kelelawar, babi, kambing, domba, dan tupai.




(dpe/dte)


Hide Ads