Kota Surabaya pernah dalam suasana tegang karena adanya teror bom di tiga tempat pada 13-14 Mei 2018 silam. Meski sudah berlalu 6 tahun, pemkot hingga kini masih terus memperkuat pencegahan radikalisme dan terorisme.
Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Surabaya Restu Novi Widiani mengatakan, pencegahan paham radikalisme dan aksi terorisme penting dilakukan. Apalagi Kota Pahlawan ini pernah mengalami teror bom tahun 2018 lalu.
"Tetapi dengan sejarah pilu itu, ternyata menjadi awal kita (Kota Surabaya) meraih semua penghargaan," kata Restu saat membuka sosialisasi pencegahan radikalisme dan terorisme oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, Rabu (13/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain sosialisasi mitigasi, ada hal penting lain juga yang harus dilakukan, yaitu penanganan pascabencana. Karena konsentrasi penanganan bencana, baik alam maupun sosial itu ada mitigasi, penanganan, dan pasca bencana.
Restu pun meminta kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya, termasuk camat dan lurah memasifkan pencegahan bencana sosial itu.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh mengatakan langkah antisipasi yang dilakukan di lingkungan pendidikan ialah menanamkan dan menguatkan nilai pancasila untuk siswa. Kemudian memberikan pesan kebinekaan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) maupun Agama.
"Insyaallah sudah dilakukan, dan dengan adanya pertemuan hari ini, saya akan memperkuat lagi ketika bertemu dengan para guru," kata Yusuf.
Begitu juga Maria Theresia Ekawati Rahayu Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Surabaya menggencarkan sosialisasi di berbagai tempat ibadah melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Menurut Maria, ini tantangan Surabaya sebagai kota terbuka di tengah-tengah Indonesia Timur dan Barat, berpotensi terpengaruh oleh berbagai paham radikal, termasuk dari luar negeri.
"Oleh karena itu, kita harus bersama-sama melakukan pencegahan terhadap radikalisme dan terorisme di Kota Surabaya," pungkasnya.
(esw/iwd)