Sampai sore ini, Pardi masih menjalani perawatan di RSUD Ploso. Kabar baiknya, kondisi Pardi kini lebih baik dari sebelumnya.
"Alhamdulillah bapak sudah agak membaik. Belum tahu kapan akan pulang, saya sedang di rumah sakit menjaga bapak," tandas Leo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya Pardi, setiap ada warga Dusun Kedung Dendeng yang sakit cukup parah, juga harus ditandu melalui jalur yang sama. Karena kondisi jalan yang berlumpur tidak bisa dilalui mobil maupun sepeda motor selama musim hujan. Begitu pula ketika ada penduduk Kedung Dendeng yang meninggal dunia di rumah sakit, jenazahnya juga harus ditandu dari Dusun Brangkal ke rumah duka.
"Kalau musim kemarau warga sini gotong-royong membenahi jalan. Sehingga bisa dilalui kendaraan," tutur Leo
Bahu membahu memikul orang sakit atau meninggal dunia, kata Leo, sudah menjadi tradisi masyarakat Dusun Kedung Dendeng. Mereka berinisiatif membantu tetangganya yang sedang kesusahan tanpa harus diminta. Ia berharap, penderitaan warga ini segera berakhir. Satu-satunya solusi adalah pemerintah harus membangun jalan penghubung Kedung Dendeng dengan Brangkal.
"Kami tidak butuh jalan mulus, cukup diratakan dan dipadatkan pakai sirtu saja sudah senang. Kalau jalannya bisa dilalui, mobil siaga desa bisa masuk. Sehingga tidak terulang lagi," tegasnya.
Kepala Desa Jipurapah Hadi Sucipto membenarkan peristiwa tersebut. Warga Kedung Dendeng terpaksa menandu Pardi melalui jalan berlumpur sekitar 8 Km karena jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan bermotor. Jalur Kedung Dendeng-Brangkal hanya bisa dilalui kendaraan selama kemarau.
"Ditandu karena jalannya berlumpur, tidak bisa dilalui mobil. Sakitnya sudah 1 minggu tak bisa jalan, lalu dibawa ke rumah sakit," terangnya.
Akses jalan yang memprihatinkan ini sejatinya mulai mendapat perhatian dari Pemkab Jombang. Menurut Hadi, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran Rp 500 juta tahun 2022. Hanya saja, dana itu hanya cukup untuk membangun jalan paving sekitar 450 meter dari Dusun Brangkal ke arah Kedung Dendeng. Padahal, panjang jalan yang butuh dibangun sekitar 8 Km atau 8.000 meter.
Untuk tahun ini, Hadi memperkirakan alokasi anggaran akan tetap sama Rp 500 juta. Jika kembali digunakan membangun jalan paving, volume yang didapatkan tidak akan lebih dari 450 meter. Oleh sebab itu, pihaknya mengusulkan anggaran tersebut untuk pemadatan jalan saja. Sehingga jalan yang bisa dilalui akan lebih panjang dibandingkan anggaran itu untuk pavingisasi.
"Kalau dana Rp 500 juta per tahun, saya perkirakan sampai Kedung Dendeng butuh 20 tahun. Sampai kapan warga kami menderita. Harapan kami tidak butuh jalan mulus, yang penting bisa dilalui sepeda motor dan mobil. Sehingga kalau ada orang sakit mudah membawanya berobat," tandasnya
(abq/iwd)