Heboh Childfree dan Positif Negatifnya Menurut Pakar Psikologi Unair

Heboh Childfree dan Positif Negatifnya Menurut Pakar Psikologi Unair

Nanda Syafira - detikJatim
Selasa, 21 Feb 2023 21:41 WIB
Ilustrasi pasangan memilih childfree
Ilustrasi childfree/Foto: Edi Wahyono
Surabaya -

Childfree tengah menjadi isu yang populer di internet. Berikut dampak positif dan negatif dari childfree menurut Pakar Psikologi Unair, Dr Nur Ainy Fardana N MSi Psikolog.

Isu childfree semakin menjadi perbincangan setelah content creator Gita Savitri (Gitasav) mengumumkan pilihannya untuk childfree. Lantas Apa yang dimaksud dengan childfree?

Childfree merupakan suatu pilihan hidup bagi pasangan yang telah menikah. Konsep childfree merupakan kehidupan pernikahan di mana di dalamnya berkeputusan untuk tidak memiliki anak. Baik anak kandung, anak angkat maupun anak tiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gagasan yang mulai muncul di akhir abad 20 ini kerap dianggap sebagai gaya hidup kebarat-baratan. Sebab gagasan childfree paling banyak dianut di negara-negara barat.

Gaya hidup childfree hadir selaras dengan pemikiran bahwa memiliki anak bukan keharusan. Melainkan pilihan.

ADVERTISEMENT

Childfree:

1. Beda Childfree dan Childless

Ada perbedaan antara childfree dan childless. Childless merupakan kondisi di mana suatu keluarga tanpa anak yang disebabkan faktor keadaan dan kondisi kesehatan yang menyebabkan pasangan tidak dapat memiliki anak. Seperti keguguran dan kondisi fisik lain yang menyebabkannya.

Sedangkan childfree merupakan kondisi di mana pasangan suami istri sepakat untuk tidak memiliki anak. Atau tidak menginginkan kehadiran anak di dalam keluarga tersebut.

2. Faktor yang Memicu Childfree

Dr Nur Ainy menjabarkan beberapa kemungkinan mengenai alasan seseorang memilih gaya hidup childfree. Berikut di antaranya:

  • Mau fokus pada karier, hobi, maupun cita-cita
  • Mengalami masalah kesehatan
  • Trauma di masa lalu
  • Ketidaksiapan akan tanggung jawab sebagai orang tua (biaya hidup anak, perlindungan terhadap ancaman kekerasan, dan lain sebagainya)
  • Merasa tidak cocok atau bahkan tidak tertarik untuk memiliki anak

"Kita tidak boleh menghakimi pilihan seseorang karena hak untuk memiliki anak atau tidak merupakan pilihan pribadi. Yang penting, jangan mudah ikut arus dan masyarakat harus kritis," ucap dosen yang biasa disapa Neny, dikutip detikJatim dari situs resmi Unair, Selasa (21/2/2023).

3. Dampak Positif dan Negatif dari Childfree

Menurut Neny, ada dampak positif ketika seseorang memilih childfree. Seperti berikut ini:

  • Menghindari risiko sakit yang mungkin dialami, baik secara fisik maupun mental.
  • Menjadi lebih fleksibel dalam memilih gaya hidup, karena tidak terikat oleh anak.

Sementara dampak negatif dari childfree sedikit lebih banyak. Seperti berikut ini:

  • Merasa kesepian dan terisolasi karena tidak memiliki tempat untuk menyalurkan kasih sayang.
  • Tidak adanya dukungan sosial dan finansial ketika tua.
  • Tidak ada seseorang yang akan meneruskan warisan genetik ataupun menerima harta warisan ketika sudah meninggal.

4. Pro Kontra Childfree

Gagasan childfree mulanya menjadi pilihan bagi masyarakat yang akrab dengan budaya workaholic. Atau yang lebih mementingkan pekerjaan dibanding mengurus anak.

Budaya workaholic terjadi di negara-negara maju. Seperti Amerika dan Jepang.

Meski begitu, childfree masih menjadi gagasan asing yang dianggap tabu oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Yang masih memegang teguh adat istiadat dan menjunjung tinggi norma-norma.

Sehingga banyak pengguna internet yang kontra dengan pilihan Gitasav. Childfree dinilai bentuk menolak rezeki dari Tuhan.

Sementara bagi para penganut childfree, memiliki anak merupakan tanggung jawab besar yang tak akan pernah bisa mereka sanggupi. Sebab setiap anak yang lahir ke dunia merupakan tanggung jawab orang tuanya.

Dalam akun Instagram pribadinya, Gitasav berkomentar bahwa tidak memiliki anak merupakan anti-aging alami, karena dapat tidur 8 jam setiap hari. Tidak stres ketika mendengar anak-anak berteriak.

Mengutip situs healthline, para peneliti dari Northwestern University melakukan studi apakah memiliki anak dapat membuat seseorang lebih cepat tua. Hasil penelitian membuktikan, setiap kehamilan dapat menyebabkan sel sang ibu menua 2 tahun lebih cepat.

Penelitian dilakukan kepada 821 wanita Filipina dengan rentang umur 20-22 tahun dengan riwayat reproduksi yang beragam.




(sun/iwd)


Hide Ads