Bukan saat Hamil, Edukasi Stunting Paling Efektif Sejak Remaja

Bukan saat Hamil, Edukasi Stunting Paling Efektif Sejak Remaja

Esti Widiyana - detikJatim
Sabtu, 11 Feb 2023 23:00 WIB
Peluncuran Program 1.000 Bidan
Peluncuran Program 1.000 Bidan (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya - Kasus balita stunting menjadi salah satu Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah yang harus dituntaskan. Di Indonesia angka stunting masih mencapai 21,6% dari arahan Presiden Jokowi turun menjadi 21% dari 24%.

Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Emi Nurjasmi di Program Edukasi 1.000 Bidan dan Intervensi Stunting mengatakan salah satu pencegahan stunting harus dilakukan edukasi sejak usia remaja.

"Budaya kita memang sensitif, termasuk budaya menikah di usia siap. Prinsip pernikahan di masyarakat berbeda. Harus diedukasi terus menerus, kesiapan hamil tidak terlalu muda, tidak terlalu tua, jaraknya dekat dan jumlahnya tidak terlalu banyak," kata Emi, Sabtu (11/2/2023).

"Kalau perilaku apa saja masalah perilaku tidak instan, bertahap. Ini tantangan kita, apa lagi bidan terus memberikan informasi dan edukasi," imbuhnya.

Selain itu, lanjut Emi, wawasan dan pengetahuan bidan juga sangat penting. Ini agar pelayanan yang diberikan bisa optimal.

"Seluruh bidan mendapat tugas, karena ini tugas pokok fungsi bidan. Bidan memberikan layanan kesehatan kepada ibu dalam konteks kesehatan reproduksi perempuan, mulai dari masa remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu bersalin, nifas sampai pelayanan keluarga berencana," jelas Emi.

Menurutnya, masalah penurunan stunting ini membutuhkan proses panjang. Mulai sebelum hamil, saat hamil, sampai per usia 2 tahun. Kemudian memberikan informasi bagaimana layak hamil, sehat. Selama hamil melakukan pemeriksaan, skrining, saat lahir diberi ASI esklusif 6 bulan setelah itu baru diberikan makanan pendamping ASI.

"Stunting itu bukan setelah anak lahir diintervensi, justru sebelum hamil ibunya diintervensi. Ibu tidak membawa potensi masalah pada saat kehamilan yang berdampak pada pertumbuhan janin dan berdampak juga melahirkan bayi-bayi yang tidak cukup bulan dan beratnya," paparnya.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto mengungkapkan Provinsi Jatim mengalami penurunan kasus stunting secara signifikan. Sedangkan kabupaten dengan kasus stunting tertinggi ada di Jember.

"Di Indonesia angka stuntingnya 21,6%, sesuai arahan presiden dari 24% harus jadi 21%. Kalau di Jatim, Jember mengalami kenaikan menjadi tertinggi di Jatim. Tapi Surabaya mengalami penurunan yang sangat ekstrem, kejadiannya 4% dari di atas 20%, ini suatu prestasi," kata Hasto, Sabtu (11/2/2023).

"Jatim mengalami penurunan yang sangat signifikan, yaitu turun 4,2% menjadi 19,2% pada tahun 2022, angka ini di bawah 20% dari sebelumnya," imbuh Hasto di Program Edukasi 1.000 Bidan dan Intervensi Stunting.

Sementara Presiden Direktur PT Dexa Medica, Hery Sutanto mengatakan dalam penurunan stunting, pihaknya melakukan edukasi dan mendukung ASI eksklusif. Sebab pemenuhan ASI penting untuk pencegahan stunting.

"Kita bisa memberikan kontribusi dengan hasil riset untuk anak bangsa kita, yaitu dengan Asimor yang itu dibuat dari bahan ekstrak daun katuk dan torbangun dan ekstrak ikan bagus karena pentingnya protein. Ketika bahan itu dari hasil riset kita bisa mendukung ASI eksklusif lebih baik lagi. Sehingga ibu-ibu tidak terkendala dalam menyusui bayi," kata Hery.

Pihaknya bersama platform Teman Bumil mengajak bergotong-royong untuk menangani stunting. Berdasarkan hasil riset terhadap konsumen, sebanyak 8 dari 10 ibu menyusui merasakan manfaat HerbaAsimor. Sebab, memakai bahan alam asli Indonesia yakni daun katuk, daun torbangun dan fraksi bioaktif ikan gabus yang diolah dengan teknologi modern.

"Stunting harus dipangkas untuk melahirkan manusia Indonesia yang unggul. Kami bekerja sama dengan BKKBN untuk melakukan program edukasi pengawalan pendampingan di berbagai kota," tambahnya.


(abq/fat)


Hide Ads