Catatan Sejarah Letusan Gunung Ijen

Catatan Sejarah Letusan Gunung Ijen

Ardian Fanani - detikJatim
Sabtu, 07 Jan 2023 22:01 WIB
Kawah Gunung Ijen
Gunung ijen (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Status Gunung Ijen meningkat menjadi Waspada. Hal ini seiring dengan kenaikan aktivitas vulkanik pada Gunung setinggi 2386 mdpl itu.

Dalam sejarahnya, erupsi yang tercatat dalam sejarah adalah sejak tahun 1796. Merupakan letusan pertama yang tercatat, dan dianggap merupakan letusan freatik.

Aktivitas vulkanik Gunung Ijen kemudian tercatat pada tahun 1817. Pada tahun ini sekitar 16 Januari, penduduk Banyuwangi mendengar suara gemuruh dahsyat seperti dentuman
meriam, disertai dengan gempa bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tanggal 15 Januari terjadi banjir Lumpur menuju Banyuwangi, (Junghuhn, 1853, p.1022), sedangkan Taverne (1926,P. 102) menduga kemungkinan waktu letusan 1817, sebagian besar air danau dialirkan oleh Kali Banyupait.

"Memang dalam sejarahnya tercatat ada letusan freatik tahun 1817," ujar Abdillah Baraas, GM Geopark Ijen kepada detikJatim, Sabtu (7/1/2023).

ADVERTISEMENT

Gunung Ijen juga pernah mengalami erupsi sejak tahun 1900 berupa letusan-letusan freatik yang bersumber dari danau kawah.

"Catatan berlanjut pada 1936 Taverne (1926, p. 102) menulis bahwa waktu itu air danau kelihatan mendidih bercampur lumpur dan uap kadang-kadang letusan terjadi di danau kawah, lumpur dilemparkan ke atas sampai 810 meter di atas muka air," katanya.

Neuman van Padang mencatat pada 5-25 November 1936, terjadi letusan freatik dan letusan pada danau kawah, menghasilkan lahar seperti dalam 1796 dan 1817. Pada saat itu korban manusia tidak ada.

Pada 22 April 1952 pada pukul 06.30 WIB, terjadi letusan asap setinggi 1 km dan suara guguran terdengar dari Sempol. Di dalam kawah terjadi letusan Lumpur setinggi 7 meter, hampir sama dengan peristiwa letusan 1936.

"Siklus 10 tahunan berlangsung pada saat itu," tambahnya.

Selanjutnya, erupsi freatik juga terjadi pada tahun 1993 menghasilkan tinggi kolom asap berwarna hitam yang mencapai ketinggian 1.000 m.

Pada tahun 2011 - 2012 Ijen juga mengalami peningkatan aktivitas berupa kenaikan kegempaan dan suhu air danau.

Pada tahun 2017 terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst). Pada tahun 2018 juga terjadi tiga kali semburan gas (CO2 outburst).

"Itu terjadi pada tanggal 10 Januari 2018, 19 Februari 2018 dan 21 Maret 2018 merupakan semburan gas yang cukup besar yang diikuti oleh kejadian aliran gas menyusuri lembah Sungai Banyu Pait hingga mencapai jarak lebih dari 7 km," tambahnya.

Peningkatan juga terjadi pada 17 Januari 2020, berupa kenaikkan jumlah Gempa Vulkanik Dangkal. Selanjutnya, kenaikkan status Gunung Ijen terhitung sejak Sabtu (7/1/2023) pukul 14.00 WIB. Kenaikkan status itu menyusul adanya peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi Januari ini.

Salah satu indikator yang mempengaruhi kenaikkan status Gunung Ijen adalah kenaikan suhu air danau kawah dari 16 derajat celcius pada Desember 2022 menjadi 45,6 derajat celcius pada awal Januari 2023.

Kenaikan suhu itu juga membuat perubahan warna danau kawah dari hijau tua menjadi hijau pucat keputih-putihan.

Badan Geologi mencatat, kegempaan Gunung Ijen didominasi oleh gempa permukaan sejak 1 Januari 2023, yakni berupa gempa vulkanik dangkal yang terekam 82 kali dan gempa hembusan 32 kali.




(dpe/iwd)


Hide Ads