748 Perlintasan KA di Jatim Tak Dijaga, Khofifah Minta EWS Segera Dipasang

748 Perlintasan KA di Jatim Tak Dijaga, Khofifah Minta EWS Segera Dipasang

Faiq Azmi - detikJatim
Kamis, 05 Jan 2023 14:54 WIB
Perlintasan Mbah Ruwet terkenal di Klaten bagian timur. Perlintasan kereta ini konon dibumbui cerita mistis, tapi kini daerahnya sudah ramai. Foto diambil Senin (2/5/2022).
Ilustrasi perlintasan KA. (Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Surabaya -

Sebanyak 748 dari 1.082 perlintasan kereta api di Jawa Timur masih belum dijaga. Baru 260 perlintasan saja yang dijaga, sisanya sebanyak 175 tidak sebidang atau terdapat fly over dan underpass.

Akibatnya, jumlah kecelakaan di perlintasan kereta api di Jawa Timur sepanjang tahun 2022 tercatat sebanyak 175 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 105 orang meninggal dunia. Angka kecelakaan kereta api di Jatim meningkat 21,5% dibanding tahun 2021 dengan jumlah kasus sebanyak 144.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Toni Harmanto memberikan atensi khusus terhadap kasus kecelakaan lalu lintas, khususnya di perlintasan kereta api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khofifah menegaskan pentingnya peningkatan keamanan di sekitar rel kereta api yang juga menyangkut kualitas hidup masyarakat. Misalnya, tak adanya sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) seperti sirene, palang, atau rambu dapat membahayakan nyawa masyarakat yang hendak melintas.

"Kita diajak rakor oleh Pak Kapolda untuk merencanakan hal yang sangat substantif ini secara konkret agar dapat memberikan perlindungan lebih baik dan lebih baik lagi. Kasus laka kereta api ini harus segera ditindaklanjuti secara solutif agar bisa ditekan seminim mungkin," ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Kamis (5/1/2022).

ADVERTISEMENT

Khofifah menekankan perlunya pemasangan palang kereta api di lokasi lintasan kereta yang tak memiliki palang, salah satunya di lintasan-lintasan sebidang lengkap dengan penjaganya. Tak hanya itu, pemasangan rambu lintas kereta juga menjadi hal penting untuk diperhatikan sebagai bagian dari EWS.

Ia juga mengimbau kepada beberapa organisasi masyarakat dan keagamaan untuk turut bergerak bersama meningkatkan kewaspadaan masyarakat atau social awareness dalam berlalu-lintas.

"Untuk organisasi masyarakat dan keagamaan, seperti PWNU dan PW Muhammadiyah, MUI, dan elemen strategis masyarakat lainnya mari bersama turut melakukan edukasi berlalu lintas yang aman kepada masyarakat," imbau Khofifah.

Khofifah juga menyarankan adanya sosialisasi keselamatan berlalu lintas di perlintasan rel kereta api untuk semua elemen masyarakat.

"Apabila social awareness ini bisa ditingkatkan, maka kita bisa menjaga agar perlintasan kereta api menjadi tempat yang aman untuk dilalui," ujarnya.

Khofifah memberi apresiasi terhadap kabupaten/kota yang cepat tanggap menyikapi perlintasan tanpa palang dan rambu. Ia berharap kabupaten/kota lain dapat memberikan perhatian lebih terhadap kasus-kasus yang berpotensi terjadi di daerahnya masing-masing.

"Terima kasih kepada kabupaten dan kota yang gerak cepat memasang palang, rambu, dan early warning system untuk menjaga keamanan para pelintas rel kereta api. Rakor yang diselenggarakan di awal 2023 ini semoga bisa menjadi forum bagi kita untuk mengawali dengan evaluasi secara kolektif," tutupnya.

Senada, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Toni Harmanto mengimbau kepada Forkopimda untuk benar-benar memberi perhatian pada laka di perlintasan kereta ini. Ini adalah bagian untuk menjaga keamanan dan keselamatan bersama, baik di dunia dan nanti di akhirat.

"Nanti kita lah yang akan dimintai pertanggungjawaban mengenai nyawa-nyawa yang melayang di perlintasan kereta api ini. Karena itu kita harus dengan sebaik-baiknya mulai menindaklanjuti masalah ini, mulai dengan penerapan EWS dan pembangunan kesadaran sosial," sebutnya.

Ikuti berita menarik lainnya di Google News.




(fat/dte)


Hide Ads