Eri menyebutkan jika masyarakat Surabaya mampu melewati masa transisi, maka status endemi COVID-19 di Surabaya bisa tercapai pada pertengahan 2023. Apalagi mengingat masyarakat Surabaya yang sudah terbiasa memakai masker dan berpola hidup sehat.
"Masa transisi itu tetap kami lakukan seperti masker di tempat keramaian, terus di ruang tertutup, ketika booster, isolasi mandiri jika terpapar. Itu masa transisi yang kami lewati. Kalau bisa kita lewati maka endemi terjadi di bulan Agustus," kata Eri kepada wartawan di Balai Kota, Selasa (3/1/2022).
Ia menegaskan bahwa berdasarkan catatan yang ada lonjakan kasus COVID-19 disebabkan oleh adanya varian baru yang masuk ke Indonesia. Terlebih dengan penularan yang lebih cepat.
"Lonjakan pasien COVID-19 ini bukan karena Nataru atau lebaran atau liburan tapi karena setiap ada varian baru pasti akan ada lonjakan. Tapi kalau di Indonesia turunnya cepat," ujarnya.
Ia menjelaskan di Surabaya kasus COVID-19 terus mengalami penurunan. Meski demikian, pihaknya tetap berupaya menggencarkan vaksinasi dosis 3 di tingkat RW. Camat dan Lurah diminta untuk mendeteksi warganya yang belum melakukan vaksin booster berdasarkan data dari Dinkes Surabaya.
"Alhamdulilah landai, kalau turunnya (COVID-19) cepat, dia sembuhnya cepat, berarti tinggi imunnya. Sehingga salah satu faktor untuk melakukan pencegahan ini adalah imun (vaksinasi) booster. Kita terapkan di masing-masing kecamatan dan kelurahan untuk melihat data Dinkes, siapa warganya yang belum vaksin booster cukup di balai RW, itu yang kita lakukan. Semoga kita bisa segera menuju ke endemi," jelasnya.
Eri mengatakan jika Satgas COVID-19 Surabaya akan tetap bertugas. Tentunya hal ini merujuk pada Inmendagri Nomor 53 Tahun 2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 pada Masa Transisi Menuju Edemi.
"PPKM ditiadakan, tapi tetap ada catatan. Pertama, bagaimana Satgas COVID-19 tetap ada untuk mencegah lonjakan COVID-19. Kedua disampaikan pada pemakaian masker di tempat keramaian dan ruang tertutup. Kalau ada orang yang merasa (bergejala) sakit maka dilakukan isolasi secara mandiri," ujarnya.
(dpe/dte)