Sebanyak 65 ribu pelajar SD dan SMP Surabaya akan menari remo massal untuk memecahkan rekor MURI. Tari remo massal yang dilakukan pada Minggu (18/12/2022) pukul 06.00 WIB ini akan digelar di 10 titik.
Antara lain di Jalan Tunjungan, Tugu Pahlawan, Jembatan Merah, Jembatan Sawunggaling, Halaman Balai Kota, Alun-alun Surabaya, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman 10 Nopember dan halaman sekolah-sekolah SD dan SMP se-Surabaya.
"Besok, ada 10 titik lebih se-Surabaya, di sekolah-sekolah kan juga ada," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Tunjung Iswandaru kepada detikJatim, Sabtu (17/12/2022).
Tunjung menegaskan, pihaknya menerjunkan 200 lebih personel dari Dishub Surabaya. Lalu, didukung sejumlah petugas gabungan dari polisi, Satpol PP, Linmas dan lain-lain..
"Ada 65.000 (Peserta tari Remo), ya masing-masing venue ada lebih 6.000 orang," ujarnya.
Tunjung memastikan, sekitaran titik kegiatan telah dipersiapkan untuk parkir. Begitu juga alur dan arus lalin saat kegiatan.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan ingin menunjukkan budaya tari Remo yang melekat di Kota Pahlawan. Sebab, dia tak ingin budaya seni tari ini sampai diakui oleh negara lain.
Sebagian besar siswa ini tidak diwajibkan menggunakan baju tari remo. Mereka bisa memakai pakaian lain, termasuk selendang tidak harus berwarna merah.
"Wong udengnya saja saya minta pakai hasduk. Yang pasti, dia ikut dengan baju berbeda dengan tarian yang sama. Satu sekolahan kalau pakai hasduk ya hasduk semua, kalau selendang bentuk A ya bentuk A saja. Tidak harus pakai kostum remo iku, ntar jadi mahal kostum remonya. Kita sudah sampaikan juga, buat surat edaran dari kepala dinas pendidikan untuk menyampaikan kepada semua sekolah bahwa tidak harus pakai baju remo yang komplit," kata Eri kepada wartawan, Kamis (15/12/2022).
Eri mengatakan, dari 65 ribu penari remo tidak hanya diikuti oleh para siswa. Melainkan bermacam-macam, ada dari sanggar tari, stakeholder dan lainnya.
Dengan menari remo massal ini, ada pesan moral yang disampaikan. Yakni, jangan sampai generasi muda atau pelajar melupakan sejarahnya. Sebab, Surabaya memiliki budaya remo.
"Kita boleh ada budaya barat, tapi inget kita masih punya budaya ini yang harus kita besarkan. Karena kalau kita sudah bisa besarkan dan cinta pada budaya sendiri, maka kita punya karakter yang kuat. Jadi masio budaya asing masuk, kita masih punya budaya lokal yang kuat," ujarnya.
Sementara Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, sudah ada beberapa sekolah yang menyampaikan menari menggunakan seragam olahraga. Sehingga tidak harus menggunakan pakaian menari.
"Kalau sama pasti indah, nggak mesti mewah atau bagus. Ini di sisi yang tidak memberatkan. Udeng juga gitu, kita harus kreatif menanamkan nilai sejarah. Pakai hasduk juga boleh," kata Yusuf.
Kegiatan tari remo massal ini juga tidak bersifat wajib bagi seluruh pelajar. Penari juga tidak wajib memakai riasan wajah dan memakai kerincing kaki atau gongseng.
Simak Video "Diikuti 65.945 Pelajar, Tari Remo di Surabaya Cetak Rekor MURI"
[Gambas:Video 20detik]
(pfr/fat)