Pemkot Surabaya Siap Pecahkan Rekor MURI Tari Remo

Pemkot Surabaya Siap Pecahkan Rekor MURI Tari Remo

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 15 Des 2022 19:14 WIB
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi
Wali Kota Eri Cahyadi (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Sebanyak 65 ribu pelajar SD dan SMP Surabaya akan menari remo massal di banyak titik. Tari massal yang dilakukan pada Minggu (18/12/2022) pukul 06.00 WIB akan memecahkan rekor MURI.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bukan rekor MURI yang dia cari. Melainkan menunjukkan budaya tari Remo yang melekat di Kota Pahlawan. Sebab, dia tak ingin budaya seni tari ini sampai diakui oleh negara lain.

Sebagian besar siswa ini tidak diwajibkan menggunakan baju tari remo. Mereka bisa memakai pakaian lain, termasuk selendang tidak harus berwarna merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wong udengnya saja saya minta pakai hasduk. Yang pasti, dia ikut dengan baju berbeda dengan tarian yang sama. Satu sekolahan kalau pakai hasduk ya hasduk semua, kalau selendang bentuk A ya bentuk A saja. Tidak harus pakai kostum remo iku, ntar jadi mahal kostum remonya. Kita sudah sampaikan juga, buat surat edaran dari kepala dinas pendidikan untuk menyampaikan kepada semua sekolah bahwa tidak harus pakai baju remo yang komplit," kata Eri kepada wartawan, Kamis (15/12/2022).

Eri mengatakan, dari 65 ribu penari remo tidak hanya diikuti oleh para siswa. Melainkan bermacam-macam, ada dari sanggar tari, stakeholder dan lainnya.

ADVERTISEMENT

Dengan menari remo massal ini, ada pesan moral yang disampaikan. Yakni, jangan sampai generasi muda atau pelajar melupakan sejarahnya. Sebab, Surabaya memiliki budaya remo.

"Kita boleh ada budaya barat, tapi inget kita masih punya budaya ini yang harus kita besarkan. Karena kalau kita sudah bisa besarkan dan cinta pada budaya sendiri, maka kita punya karakter yang kuat. Jadi masio budaya asing masuk, kita masih punya budaya lokal yang kuat," ujarnya.

Sementara Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, sudah ada beberapa sekolah yang menyampaikan menari menggunakan seragam olahraga. Sehingga tidak harus menggunakan pakaian menari.

"Kalau sama pasti indah, nggak mesti mewah atau bagus. Ini di sisi yang tidak memberatkan. Udeng juga gitu, kita harus kreatif menanamkan nilai sejarah. Pakai hasduk juga boleh," kata Yusuf.

Tari remo massal ini dipusatkan di Jembatan Suroboyo. Namun ada beberapa titik juga dilakukan. Yakni, Jembatan Suroboyo, Tugu Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jembatan Merah, Jembatan Sawunggaling, Halaman Balai Kota, Alun-alun Surabaya, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman 10 November dan halaman sekolah SD dan SMP se-Surabaya.

Kegiatan tari remo massal ini juga tidak bersifat wajib bagi seluruh pelajar. Penari juga tidak wajib memakai riasan wajah dan memakai kerincing kaki atau gongseng.




(esw/fat)


Hide Ads