Saat ini 1,5 juta dosis primer atau dosis 1 Vaksin Inavac sedang diproduksi. Vaksin yang dulu lebih familier dikenal dengan nama Vaksin Merah Putih Unair itu juga akan memproduksi vaksin booster, vaksin untuk remaja, dan juga untuk anak-anak.
Ketua Peneliti Vaksin Merah-Putih/Inavac Unair Prof Dr Fedik Abdul Rantam drh mengatakan sesuai dengan tuntutan Kementerian Kesehatan Inavac memang diharapkan memproduksi vaksin anak dan remaja hingga booster.
Ia menegaskan bahwa dalam waktu dekat ini vaksin booster COVID-19 Inavac untuk dewasa segera diproduksi. Bersamaan dengan peluncuran vaksin primer yang akan dilakukan BPOM di Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi secepatnya, Insyaallah pertengahan bulan. Insyallah nanti bareng dengan BPOM launching di Surabaya rencananya bersamaan dengan vaksin booster, kan yang tadi vaksin primer. Launching pertama rencana di Surabaya," ujar Fedik kepada detikJatim, Jumat (4/11/2022).
Sedangkan vaksin untuk remaja dan anak, uji klinis akan segera dilakukan pada awal 2023 mendatang. Fedik menyebutkan uji klinis vaksin primer dan booster untuk remaja akan dilakukan mulai Januari.
Sementara untuk uji klinis vaksin anak dan vaksin booster untuk anak akan dilakukan setelahnya. Sekitar Maret 2023 mendatang. Dia menyebutkan, diharapkan uji klinis untuk anak bisa dipercepat.
"Yang anak ini kalau bisa lebih dulu, karena kebutuhan anak meningkat terus. Setiap tahun mencapai 4 juta (anak). Kami kerjakan pararel. Uji klinis untuk remaja itu sekitar pertengahan Januari. Sekitar Maret atau 3 bulan setelah itu paralel antara remaja dan booster dan (vaksin) anak dan booster," katanya.
Sebelumnya, BPOM telah memberikan izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin COVID-19 Inavac. Saat ini, vaksin buatan Universitas Airlangga (Unair) yang dulu lebih dikenal Vaksin Merah Putih itu mulai diproduksi. Terutama untuk dosis primer atau vaksin dosis 1.
"Sudah mulai diproduksi, cuman masih terbatas 1,5 juta dosis. Minggu ini sudah dimulai (produksi) tapi masih belum banyak. Vaksin sekunder Insyaallah dalam waktu dekat. Untuk booster produksinya nanti besar. Karena primer sudah banyak yang divaksinasi," ujarnya.
Inavac ditargetkan memproduksi 20 juta vaksin per bulan. Baca di halaman selanjutnya.
Prof Fedik mengatakan bahwa rencana ke depan produksi Vaksin Inavac akan mencapai 20 juta dosis per bulan atau sekitar 240 juta dosis vaksin dalam setahun.
"Nanti pasti ditutup 20 juta per bulan produksinya. Tapi juga tergantung pada kebutuhan pemerintah. Karena pemerintah yang akan membeli produk vaksin ini," jelasnya.
Lantas kapan masyarakat bisa mendapatkan vaksin Inavac? Ia sendiri belum bisa memastikan. Tergantung pemerintah kapan akan membelinya untuk diberikan kepada masyarakat.
"Secepatnya, insyaallah. Pertengahan bulan ini akan dilaunching BPOM di Surabaya. Bu Kabadan (Kepala BPOM) tadi sudah menyampaikan, launchingnya di Surabaya," katanya.
Ia berharap saat Vaksin Inavac dilaunching nanti, masyarakat bisa mendapatkan manfaatnya. Serta masyarakat menyadari peneliti tanah air bisa bikin vaksin sendiri.
"Kita bisa membuat vaksin untuk negara kita sendiri seperti negara maju, menyediakan bahan vaksin untuk masyarakat sendiri dan bisa melindungi penyakit infeksi yang akan datang," katanya.
Sebelumnya, Kepala BPOM RI Penny K Lukito menyebutkan bahwa vaksin Inavac akan diberikan untuk masyarakat berusia 18 tahun ke atas, sebanyak 2 dosis untuk vaksinasi primer.
"Vaksin ini menstimulasi imunitas tubuh terhadap Sars-COV-2 pada orang berusia 18 tahun ke atas. Sebagai dosis primer dua dosis suntikan dan interval (selama) 28 hari," ujar Penny di Kantor BPOM RI, dilansir dari detikHealth.
Penny juga menerangkan, dari aspek keamanan, vaksin Inavac dapat ditoleransi dengan baik. Secara keseluruhan, efek samping yang timbul tergolong berderajat ringan dan sedang berupa nyeri lokal, demam, nyeri otot, sakit kepala.
Vaksin COVID-19 Inavac merupakan salah satu merek dalam konsorsium Merah Putih. Vaksin Inavac dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Airlangga bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia, berbasis platform inactivated virus.