Cueknya Warga Trenggalek Saat Set Top Box di Daerah Lain Mendadak Langka

Cueknya Warga Trenggalek Saat Set Top Box di Daerah Lain Mendadak Langka

Tim detikJatim - detikJatim
Kamis, 03 Nov 2022 05:03 WIB
Ilustrasi siaran TV digital
Ilustrasi siaran TV digital. (Foto: Adhar Muttaqina/detikJatim)
Trenggalek -

Migrasi televisi analog ke televisi digital telah dilakukan. Kominfo bahkan menggelar acara hitung mundur sebelum siaran televisi analog resmi dimatikan permanen pada Kamis dini hari pukul 24.00 WIB.

Menjelang peralihan permanen ke siaran TV digital itu, warga di sejumlah daerah di Jatim berburu alat penerima siaran televisi digital atau set top box (STB) hingga sejumlah toko elektronik kehabisan stok. Tapi tidak demikian dengan warga Trenggalek.

Di Lamongan, sejumlah toko elektronik kehabisan stok STB karena banyaknya warga berburu alat itu agar tetap bisa menikmati tayangan layar kaca dengan televisi lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diakui oleh Safari, salah seorang warga Lamongan yang sudah berkeliling ke sejumlah toko elektronik tapi hanya menemukan di salah satu toko di Jalan Lamongrejo.

"Sudah keliling, cuma di sini nemunya. Kabarnya TV mau pindah digital sehingga saya ikutan nyari STB," ujar Safari, Rabu (2/11/2022).

ADVERTISEMENT

Firnanda, salah seorang karyawan di toko elektronik tempat Safari membeli STB mengakui bahwa selama 2 pekan terakhir banyak warga yang datang ke tokonya untuk membeli STB. Tokonya bahkan sempat kehabisan stok karena saking banyaknya warga yang beli alat itu.

"Dua minggu ini mulai ramai orang-orang membeli STB," katanya. "Kalau hari biasa paling 20 yang laku tapi menjelang pergantian ke TV digital ini naiknya banyak sekali. Sempat kehabisan stok juga, kami."

Hal sebaliknya yang terjadi di Trenggalek. Menjelang migrasi TV analog ke digital, masyarakat Trenggalek tenang-tenang saja. Mereka cenderung cuek. Tidak terlihat keramaian orang berburu STB seperti yang tampak di Lamongan.

Bukan tanpa alasan warga Trenggalek cuek dengan peralihan siaran TV. Karena di daerah tempat mereka tinggal kualitas siaran televisi yang buruk sudah menjadi makanan sehari-hari.

Sudah coba pakai STB tapi tetap zonk. Baca di halaman selanjutnya.

Samsul Huda, salah seorang warga Trenggalek menyebutkan bahwa selama ini sebagian besar wilayah Trenggalek tidak bisa menangkap siaran televisi terestrial baik UHF maupun VHF karena kondisi geografis Trenggalek yang dominan pegunungan.

"Kalau untuk wilayah Trenggalek itu yang bisa ambil siaran terestrial hanya sedikit, seperti Kecamatan Durenan, sebagian Kecamatan Tugu, sebagian Kecamatan Suruh, dan beberapa titik lain," kata Samsul kepada detikJatim.

Uniknya, setiap kecamatan yang mampu menjangkau siaran terestrial TV analog selama ini hanya bisa menangkap sinyal itu dari stasiun pemancar ulang yang berbeda-beda.

"Seperti wilayah timur itu ambil siaran dari pancar ulang Kediri, sedangkan wilayah barat dari pancar ulang Madiun. Itu pun kualitasnya jelek," tegasnya.

Hanya ada 2 alternatif yang bisa dilakukan masyarakat Trenggalek agar bisa menonton siaran televisi. Pertama dengan TV satelit dengan alat penerima sinyal parabola, atau dengan berlangganan televisi kabel.

"Kalau di pinggiran banyak yang pasang parabola, tapi untuk perkotaan ada yang pasang parabola dan berlangganan TV kabel," imbuhnya.

Warga Gandusari Bukhori menyampaikan hal senada. Bukhori mengaku dirinya bahkan sudah mencoba menggunakan STB untuk menangkap sinyal siaran televisi digital. Tapi hasilnya tetap zonk.

Setahunya, siaran TV digital memang tidak ada istilah gambar buram alias banyak semutnya. Yang dia alami pun memang demikian.

Sebab, jangankan gambar yang buram atau banyak semutnya, gambar siarannya saja sama sekali tidak tertangkap oleh televisi yang dia miliki.

"Saya sudah coba pakai STB, nggak dapat siaran sama sekali," kata Bukhori.



Hide Ads