7 Fakta Pilu Suharto Peraih Emas SEA Games yang Sempat Jadi Tukang Becak

Tim detikJatim - detikJatim
Kamis, 20 Okt 2022 18:26 WIB
Suharto, atlet peraih medali emas SEA Games yang sempat jadi tukang becak (Foto: Jemmi Purwodianto/detikJatim)
Gresik -

Nama Suharto sempat dielu-elukan saat berhasil menyabet emas di ajang balap sepeda SEA Games 1979. Namun, usai pensiun menjadi atlet, namanya mulai tenggelam. Suharto tak lagi mengayuh sepeda dengan penuh kompetitif, ia sempat beralih sebagai pengayuh becak.

Suharto mengaku sempat menyesal atas keputusannya menjadi atlet ketimbang memiliki pekerjaan lain yang menjanjikan. Dengan menangis, ia menyesal tak bisa membahagiakan istri dan anak bungsunya saat mereka masih hidup.

Berikut fakta-fakta pilunya kisah Suharto:

1. Prestasi Suharto Harumkan Nama Indonesia

Suharto pernah menyabet dua medali emas di ajang SEA Games. Belum lekang di ingatan Suharto saat-saat ia menjadi juara 1 dalam SEA Games Malaysia untuk nomor Team Time Trial jarak 100 kilometer.

Suara teriakan penonton pada tahun 1979 lalu, masih terngiang di telinga pria 70 tahun itu. Bersama ketiga rekannya saat itu, tim balap sepeda Indonesia sukses menumbangkan Malaysia dan Thailand.

Pencapaian manis Suharto tak hanya terjadi di SEA Games 1979. Dua tahun sebelumnya, pada SEA Games 1977 yang berlangsung di Thailand, Suharto melambungkan nama Indonesia dengan menyabet dua medali perak. Dia mendapatkannya dari nomor jalan raya kategori beregu dan perorangan.

2. Sempat Jadi Tukang Becak hingga Kerja Serabutan

Namun, apa yang sudah diraih Suharto tak membuat hidupnya mapan. Karir manisnya itu berakhir ketika ia memutuskan pensiun menjadi atlet pada 1981. Ia kini harus banting tulang mengayuh becak untuk menghidupi keluarga.

"Setelah berhenti dari atlet, untuk menyambung hidup, saya terpaksa harus menjadi tukang becak selama puluhan tahun," kata Suharto kepada detikJatim, Rabu (19/10/2022).

Suharto mengatakan, selain menjadi tukang becak, kadang ia juga menerima pekerjaan serabutan. Mulai jadi kernet angkutan kota hingga sopir truk minyak tanah.

"Sebelum LPG ada, saya juga pernah jadi sopir minyak tanah. Apa saja pernah saya lakukan, yang penting buat menyambung hidup untuk keluarga," tambah Suharto.

3. Tak Pernah Dapat Bantuan dan Kerap Peroleh Janji Manis

Meski mengalami kehidupan yang sulit, Suharto berusaha tegar dalam menjalani kehidupannya. Ia mengaku kerap menerima banyak janji manis pemerintah, namun hal ini tak pernah terpenuhi. Termasuk, pernah dijanjikan Mendagri kala itu untuk menjadi PNS.

"Padahal sudah dapat surat rekom dari mendagri saat itu siapa lupa namanya. Tapi jangankan jadi PNS, dipanggil saja tidak," kata Suharto.

Bahkan, hingga pada tahun 2021, ia tak pernah mendapat bantuan atau santunan dari pemerintah. Ia pun memutuskan untuk berpindah ke Gresik usai diajak keponakannya pindah.

"Selama 40 tahun saya menjadi tukang becak, saya tidak menerima bantuan apapun dari Pemkot Surabaya kala itu. Jangankan bantuan uang tunai, sembako saja saya nggak pernah menerima dari pemkot. Cuma ditanya-tanya saja, tapi praktiknya nggak ada. Karena keponakan saya kasihan, akhirnya disarankan pindah ke Gresik," tutup Suharto.

Suharto menemukan secercah harapan usai bertemu Gubernur Khofifah. Baca di halaman selanjutnya!




(hil/dte)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork